TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyatakan hingga kini masih banyak calon pemudik yang belum siap memanfaatkan layanan penjualan tiket kereta secara online. "Ya kita belum biasa saja. Tapi perkembangan teknologi kini sudah pesat dan masyarakat sudah banyak pegang gadget," kata Vice President Public Relation KAI, Sugeng Priyono, ketika dihubungi, Kamis, 15 Mei 2014.
Oleh karena itu, ia menyayangkan konsumen yang masih belum memanfaatkan layanan penjualan tiket kereta dengan cara mengakses situs KAI secara online padahal sosialisasi sudah disampaikan jauh hari sebelumnya. "Jauh-jauh datang ke stasiun belum tentu dapat tiket. Kalau bisa online dan ada jaringan terdekat, kenapa harus jalan ke stasiun?" tuturnya.
Pernyataan ini juga menanggapi keluhan dari masyarakat yang tidak kebagian tiket padahal penjualan tiket tambahan untuk Lebaran baru dibuka beberapa saat sebelumnya tadi malam. Karena kecewa dengan pelayanan perusahaan badan usaha milik negara yang dinilai tak profesional ini, tak sedikit calon penumpang tersebut menumpahkan kekesalannya lewat sejumlah media sosial. (Baca: YLKI: Ada Patgulipat Calo Tiket Kereta Mudik)
Sebelumnya, sejak pukul 00.00 WIB dinihari tadi, KAI telah membuka penjualan tiket tambahan untuk Lebaran 2014. Sebanyak 21.792 tiket per hari disediakan untuk menambah tiket reguler sebanyak 175.344. Tiket itu untuk perjalanan dari 18 Juli-8 Agustus 2014. (Baca: Tiket Kereta Mudik Ludes, Calon Penumpang Meradang)
Lebih jauh, menurut Sugeng, pada Lebaran tahun lalu para pemudik lebih banyak membeli tiket via online atau jaringan penjualan tiket. Tahun ini pun, ia memprediksi para pemudik yang membeli via online akan jauh lebih besar.
Setelah memegang tiket online, para pemudik diharapkan segera mencetak tiket di stasiun karena mesin pencetak tiket mandiri sudah disiapkan sejak jauh hari. "Saya mengimbau yang sudah pegang kode booking segera saja dicetak, ya sambil main-main ke stasiun," kata Sugeng.
KHAIRUL ANAM
Terpopuler
Hindari Pembobolan, Ini Tip Aman Gunakan ATM
Kasus Vimeo, APJII Nilai Kemenkominfo Arogan
Rekam Jejak Hatta Tak Sejalan dengan Dunia Usaha