TEMPO.CO, Surabaya - Sekitar seratus orang yang terdiri atas warga sekitar lokalisasi dan pekerja seks komersial di lokalisasi prostitusi Dolly menggelar aksi unjuk rasa. Massa mengenakan atribut kaus hitam bertuliskan Forum Pekerja Lokalisasi.
Massa memulai aksinya pukul 09.15 dengan long march dari Gang Dolly menuju kantor Kelurahan Putat Jaya. "Kami menuntut Pemerintah Kota Surabaya membatalkan penutupan Dolly pada 19 Juni ini," kata peserta demo, Margito, Senin, 19 Mei 2014. (Baca: 58 Ormas Islam Dukung Risma Tutup Gang Dolly)
Menurut dia, penutupan Dolly akan mematikan sumber ekonomi warga sekitar yang menggantungkan pekerjaan pada geliat bisnis maksiat tersebut. Margito lebih setuju Pemkot Surabaya membiarkan lokalisasi Dolly tutup perlahan-lahan.
Massa juga mengusung bendera berlambang Organisasi Masyarakat Pagar Jati Jawa Timur. Sebagian juga mengenakan atribut pocong sebagai simbol telah matinya Pemkot Surabaya. Puluhan personel TNI dan Polri diterjunkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa tersebut. (Baca: Sikap Wawali Surabaya Melunak Soal Dolly)
Seorang pekerja seks di Dolly, Indah, menolak rencana Pemkot Surabaya menutup lokalisasi Dolly. Indah mengaku upaya pelatihan kewirausahaan tidak dibutuhkan. Alasannya, dia sudah merasa nyaman dengan profesinya dan mudah mendulang pundi-pundi rupiah. "Lebih baik jangan ditutup," ujarnya.
DIANANTA P. SUMEDI
Terpopuler:
Cinta Laura Lulus Cum Laude
Kabar Cawapres Jokowi Dianggap Manuver Belaka
Ahok Minta Presiden Terpilih Tuntaskan Tragedi Mei 1998
Pasar Harapkan Cawapres Jokowi dari Militer