TEMPO.CO, Lyon - Hampir semua cerita sejarah bangsa Mesir kuno sudah terpajang di berbagai buku pengetahuan dan museum. Piramida dan Sphinx menjadi bukti kehebatan bangsa Mesir kuno dalam bidang arsitektur. Jika Mesir kuno punya sejarah yang luar biasa, lalu apa yang ada dalam menu makanan mereka?
Daging ternyata tergolong menu baru dalam daftar makanan orang Mesir. Penelitian menunjukkan bangsa Mesir kuno sebagian besar adalah vegetarian. Dalam kebudayaan kuno, vegetarian adalah sesuatu yang lazim. Makanan seperti buah dan sayuran dianggap sebagai menu utama. Sedangkan menu daging hanya masuk dalam daftar makanan orang nomaden.
Tim peneliti dari Prancis meneliti apa yang dimakan orang Mesir kuno dengan memeriksa atom karbon dari para mumi Mesir yang diperkirakan dulu hidup antara 3.500 sebelum Masehi hingga 600 Masehi. Atom karbon diserap tanaman dari karbon dioksida di atmosfer melalui proses fotosintesis. Karbon itu menumpuk di tubuh manusia yang mengkonsumsi tanaman atau hewan yang mengkonsumsi tumbuhan.
Karbon, elemen teringan keenam dalam tabel periodik, terdapat di alam dalam dua isotop stabil, yaitu karbon-12 dan karbon-13. Karbon-13 sedikit lebih berat ketimbang karbon-12. Sementara tumbuhan dibagi dalam dua kategori. Kategori pertama, C3, tergolong tanaman umum, seperti bawang putih, terong, pir, kacang lentil, dan gandum. Kategori kedua, C4, terdiri atas serealia, seperti milet dan sorgum.
Tumbuhan kategori C4 menyerap karbon-13 lebih banyak ketimbang kelompok C3. Dengan mengukur rasio karbon-13 dan karbon-12, menu makanan bisa diketahui. Jika orang memakan tumbuhan kategori C3 lebih banyak, isotop karbon-13 di dalam tubuh akan lebih sedikit dibanding mereka yang banyak mengkonsumsi kelompok C4.
Sebanyak 45 mumi yang diperiksa para peneliti ada di dua museum di Lyon yang dulu dikirim pada abad ke-19. Alih-alih mengecek rambut, kolagen, dan protein, seperti peneliti lain, ketua tim peneliti dari University of Lyon, Alexandra Touzeau, mengatakan mereka lebih banyak memeriksa tulang dan gigi para mumi. "Kami memeriksa mumi dari berbagai periode yang berbeda, jadi riset kami mencakup jangka waktu yang panjang," tuturnya, seperti dikutip Daily Mail, Senin, 19 Mei 2014.
Laporan yang dimuat dalam journal of Archaeological Science menyebutkan peneliti mengukur kadar rasio karbon-13 dan karbon-12 dalam tulang, enamel, dan rambut. Hasil itu lalu dibandingkan dengan pengukuran pada babi yang secara teratur diberi makanan C3 dan C4 dalam porsi yang beragam. Babi dipilih karena sistem metabolisme hewan itu mirip dengan manusia, sehingga rasio karbon isotopnya bisa dibandingkan.
Rambut ternyata menyerap protein lebih banyak ketimbang tulang ataupun gigi. Meski menguasai tepi Sungai Nil, orang Mesir kuno ternyata tidak banyak mengkonsumsi ikan. Rasio isotop pada rambut mumi sesuai dengan temuan pada rambut kaum vegetarian modern di Eropa. Hal ini menunjukkan orang Mesir kuno sebagian besar juga vegetarian. Makanan utama mereka terbuat dari gandum dan jelai. Hanya sekitar 10 persen kandungan makanan kategori C4, seperti milet dan sorgum, yang terukur dalam riset tersebut.
Touzeau mengatakan menu diet itu tidak berubah dalam waktu lama. Hal ini menunjukkan populasi Mesir kuno beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan ketika wilayah di sekitar Nil mengering beberapa kali mulai 3.500 SM hingga 600 M.
"Meski areanya mengering, mereka bisa menanam dengan mengembangkan sistem irigasi dari sungai yang sangat efektif," kata Kate Spence, arkeolog dan pakar Mesir kuno dari University of Cambridge.
INSIDESCIENCE | DAILYMAIL | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
Poros Ketiga Gagal, Demokrat Merapat ke Gerindra
Cinta Laura Lulus Cum Laude
Kabar Cawapres Jokowi Dianggap Manuver Belaka