TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menyatakan bisa memahami kenapa nilai utang luar negeri swasta belakangan terus naik. "Kenapa? Karena kalau Indonesia pinjam dolar ke luar negeri, biayanya lebih murah dibanding meminjam rupiah di dalam negeri," kata Chairul di kantornya, Selasa, 20 Mei 2014.
Pernyataan ini menanggapi data Statistik Utang Luar Negeri yang dirilis oleh Bank Indonesia kemarin. Per Maret 2014 tercatat utang luar negeri mencapai US$ 276,5 miliar atau sekitar Rp 3.155 triliun. Angka itu naik sekitar US$ 4,15 miliar bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 272,35 miliar. (Baca: Maret, Utang Luar Negeri Capai Rp 3.155 Triliun)
Baca Juga:
Sebagian besar utang tersebut berasal dari swasta sebesar US$ 145,98 miliar. Sisanya bersumber dari pemerintah dan bank sentral yang mencapai US$ 130,5 miliar. Adapun rasio pembayaran utang (DSR) per kuartal pertama tahun 2014 ini sebesar 46,31 persen atau lebih tinggi ketimbang periode serupa tahun lalu yang sebesar 36,79 persen. (Baca: Terus Membengkak, Utang Swasta Akan Diselidiki)
Lebih jauh, CT—begitu Chairul Tanjung sering disapa—menjelaskan kenaikan utang luar negeri dari swasta ini juga akibat dari rasio penyaluran utang dari perbankan yang sudah terlalu tinggi. “LDR perbankan sudah lebih dari 90 persen, bank nasional juga terbatas dalam memberikan pinjaman bagi dunia usaha,” tuturnya. Walhasil, kalangan swasta melirik utang luar negeri sebagai salah satu opsi yang paling realistis.
Meski begitu, menurut dia, Bank Indonesia terus menyampaikan kekhawatirannya terhadap mismatch pembayaran utang luar negeri oleh pihak swasta. Bersama BI dan Otoritas Jasa Keuangan, pemerintah akan terus menggodok kebijakan untuk bisa mengatasi persoalan tersebut.
Hal berbeda disampaikan oleh Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri. Ia menyebutkan utang luar negeri Indonesia sejauh ini masih aman. "Relatif oke, capital inflow-nya masih terjadi," katanya. Namun demikian, utang luar negeri tetap harus diperiksa karena banyak pihak swasta yang melakukan pinjaman tersebut.
MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Jadi Cawapres, Ini Daftar Kebijakan Kontroversi JK
Profil Wisnu Tjandra, Bos Artha Graha yang Hilang
Inanike, Pramugari Garuda yang Salat di Pesawat