TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memprediksi nilai tukar rupiah sepanjang 2014 berada di kisaran Rp 11.600-11.800. Nilai ini sudah memperhitungkan kondisi global dan internal. Di antaranya adalah perlambatan ekonomi Cina yang dulu dapat mencapai rata-rata 10,4 persen, tetapi sekarang hanya pada angka 7,1 persen.
Orientasi Cina, kata Agus, akan berubah fokusnya pada konsumsi, bukan investasi. "Peralihan fokus itu dampaknya kepada Indonesia dan mitra dagang Cina cukup besar," kata Agus di Komplek Parlemen Senayan, Rabu, 21 Mei 2014.
Baca Juga:
Agus menambahkan, pertimbangan lain adalah mengenai komoditas. "Ternyata harga komoditas di kuartal I 2014 rata-rata mengalami penurunan," kata Agus. Fokus lain BI adalah menyehatkan neraca perdagangan dan transaksi berjalan. "Ini kan juga berdampak kepada nilai tukar."
Namun, Agus menolak jika nilai tukar tersebut disebut sebagai target BI. "Itu adalah asumsi agar pemerintah dan DPR menyelesaikan postur anggaran," kata dia. Asumsi itu juga untuk mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran. Jika seandainya ada penerimaan dan pengeluaran menggunakan valas, maka konversinya gunakan nilai tukar itu.
Selain nilai tukar, Agus menyebut BI juga fokus pada inflasi. Target inflasi tahun ini adalah 4,5 plus minus 1 persen. Sedangkan 2015-2017, inflasi yang ingin dicapai adalah 4 plus minus 1 persen.
TRI ARTINING PUTRI
Berita terpopuler:
Mahfud Dijanjikan Jabatan Lebih dari Menteri
Jokowi atau Prabowo, Ahok: Aku Rapopo
Peraih Nilai UN Tertinggi Hanya Belajar di Rumah