TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan pada Mei ini terjadi kelangkaan pupuk di beberapa daerah. “Kelangkaan pupuk bukan hanya di Bandung, namun juga Lampung, Ponorogo, Tuban, dan Pati,” kata Henry kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 27 Mei 2014.
Menurut Henry, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus memberikan peringatan keras kepada Menteri Pertanian. “Kementerian Pertanian melakukan distribusi dan perencanaan yang kurang bagus,” katanya. Hendri juga berpendapat, ada perusahaan-perusahaan yang mengendalikan pupuk-pupuk tersebut.
Henry meminta pemerintah menindak tegas pihak-pihak yang terbukti mempermainkan harga pupuk bersubsidi pada saat musim tanam dan distributor yang menyalurkan pupuk bersubsidi dengan tidak tepat.
Dia mengatakan, di Tuban, Jawa Timur, pupuk bersubsidi lebih banyak dijual di kios-kios pupuk yang sebenarnya tidak diperbolehkan menjualnya dengan harga sekitar Rp 150 ribu per 50 kilogram. Selain itu, di Lampung, pupuk yang seharusnya sampai ke kelompok tani tertentu, malah dikirim ke daerah lain.
Dilansir dari situs resmi Serikat Petani Indonesia, di beberapa daerah seperti Ponorogo, Jawa Timur, harga pupuk bersubsidi non-organik mencapai Rp 150 ribu-170 ribu per 50 kg. Adapun di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, harga pupuk non-organik (SPI-36, ZA dan NPK) naik sekitar Rp 50 ribu dari harga eceran tertinggi (HET). HET untuk urea adalah Rp 1.800 per kg, SP-36 Rp 2.000 per kg, pupuk ZA Rp 1.400 per kg, pupuk NPK Rp 2.300 per kg, dan pupuk organik Rp 500per kg.
HERMAWAN SETYANTO
Berita lain:
Polisi: Wisnu Tjandra Tidak di Luar Negeri
Krisdayanti dan Yuni Shara Diklaim Dukung Jokowi
380 Personel Polisi Akan Tempel Capres-Cawapres