TEMPO.CO, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengklaim dana yang terkumpul untuk program pembenahan Sungai Citarum (Citarum Bestari) yang rencananya resmi diluncurkan pertengahan bulan ini sudah menembus Rp 60 miliar. "(Sebagian) dari APBD Jawa Barat Rp 25 miliar," kata dia di sela Dialog Publik Sungai Citarum di Graha Kompas, Bandung, Kamis, 5 Juni 2014.
Deddy Mizwar menjelaskan program Citarum Bestari untuk membenahi sungai itu menyasar wilayah hulu sepanjang lebih dari 70 kilometer dari hulu Cisanti hingga Waduk Saguling. Segmen pertama digarap tahun ini untuk 20 kilometer pertama dari hulu sungai itu. Deddy menuturkan duit yang terkumpul untuk program segmen pertama itu masih kurang. "Yang kita butuhan itu sekitar Rp 125 miliar," kata Deddy.
Menurut Deddy, akumulasi dana untuk pembenahan segmen pertama sungai itu merupakan akumulasi dari program keroyokan dari belasan organisasi perangkat daerah di Pemerintah Jawa Barat, program pemerintah kabupten/kota yang dilewati sungai itu di segmen pertama, serta program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan swasta dan BUMN. "Ini program ambisius sebenarnya," kata dia.
Deddy Mizwar mengatakan target program yang direncanakan bakal dijalankan selama lima tahun itu ditujukan untuk mengembalikan fungsi sungai tersebut sebagai salah satu sumber air bersih. "Sebanyak 25 juta orang yang kehidupannya bergantung dari air bersih yang sekarang ini ada di Citarum. Itu 10 persen lebih dari penduduk Indonesia," kata dia.
Menurut dia, pembenahan sungai itu salah satunya dirancang lewat pendekatan ecovillage, tidak sebatas fisik dan lingkungan seputaran sungai itu. Program itu tidak semata melibatkan pemerintah daerah, tapi juga komunitas, serta warga seputaran sungai itu. "Pendekatan lingkungan tetap berjalan, (kegiatan) ekonominya tetap jalan juga," kata Deddy.
Deddy menuturkan sungai yang mendapat julukan sungai terkotor di dunia itu punya masalah kompleks. Pada 20 kilometer pertama, persoalan dominan yang dihadapi Sungai Citarum adalah limbah ternak, limbah domestik, alih fungsi lahan, serta limbah industri.
AHMAD FIKRI