TEMPO.CO, Malang - Ini merupakan catatan suasana saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpidato membuka pelaksanaan Pekan Nasional XIV Kontak Tani Nelayan Andalan di Stadion Kanjuruhan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu sore, 7 Juni 2014.
Sewaktu memasuki tempat acara, SBY masih disambut meriah ribuan petani dan nelayan, yang menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo berjumlah 37 ribu orang. Selain menduduki kursi-kursi di empat tenda besar, ribuan peserta dari seluruh Indonesia duduk di semua tribun stadion yang menjadi kandang tim sepak bola Arema Cronus itu. (Baca: SBY: Kebutuhan Meningkat, Kuatkan Ketahanan Pangan)
Bahkan ratusan peserta berlarian mendekati sisi kanan dan kiri panggung utama. Mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk memotret SBY dan istri, juga rombongan yang duduk di panggung. Mereka memotret dengan kamera atau dengan kamera di gadget.
SBY dan istri yang berbatik biru khas warna Partai Demokrat tampak tenang dan senang. Namun personel Pasukan Pengamanan Presiden yang berdiri di dua sisi panggung kewalahan dan memanggil rekan-rekannya untuk menertibkan peserta. Ratusan peserta duduk di rerumputan dan sabar menanti rangkaian acara seremonial.
Saat SBY berdiri di podium dan hendak berpidato tentang ketahanan pangan, sejumlah peserta nyeletuk dengan mengatakan bahwa mereka sudah hafal gestur dan gaya pidato presiden keenam itu, terutama saat SBY menggerak-gerakkan tangan dengan jari terkepal atau menyorongkan lima jari yang terbuka untuk memberi penekanan pada bagian penting isi pidatonya.
"Gerakan tangan Pak SBY saat pidato begitu-begitu saja sehingga pidato jadi berkesan monoton, walau saya akui penampilan serta isi pidato dan tutur bahasa Pak SBY memang sangat bagus," kata seorang peserta dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
"Kenapa Pak SBY tak bisa rileks saat pidato? Wajahnya selalu serius. Gayanya sama saja dengan yang di TV-TV. Kami orang di luar Pulau Jawa lebih suka pemimpin yang berpidato dengan gaya Sukarno, Habibie, dan Gus Dur, to the point saja, tapi tetap bisa santai dan lucu," kata Nasir, peserta dari Pekanbaru, Riau.
Komentar senada disampaikan peserta dari Sorong (Papua Barat) dan Aceh Utara. Mereka kemudian membandingkan gaya berpidato SBY dengan Gubernur Soekarwo alias Pakde Karwo, yang menurut mereka lebih efektif dan menarik. Saat memberi sambutan sebelum SBY berpidato, dalam gaya Jawa Timuran, Soekarwo sering melontarkan candaan yang membuat ribuan peserta tertawa.
Bagi mereka, Soekarwo berhasil memaparkan isi pidatonya dalam bahasa yang lugas sehingga lebih gampang dimengerti dan tak membosankan. Gaya Soekarwo pun lebih merakyat. Mereka mencontohkan saat Soekarwo menjelaskan proses persiapan Pekan Nasional kepada SBY. Gubernur Jawa Timur itu menyebutkan jumlah peserta sebanyak 37 ribu dan sebagian ditampung di 9.400 rumah warga setempat dengan biaya hidup Rp 50 ribu per hari. Selebihnya mencari penginapan di Kota Malang. Total ada biaya Rp 28,5 miliar yang dikeluarkan. "Namun Pak Presiden, ada Rp 350 miliar yang dihasilkan dari kegiatan ini," katanya.