TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai melemahnya rupiah bukan pertanda buruk bagi perekonomian Indonesia. Anjloknya nilai tukar pada kisaran Rp 11.800 merupakan imbas dari defisit neraca perdagangan pada April yang cukup besar.
"Nilai tukar rupiah merupakan gambaran fundamental ekonomi Indonesia. Kondisi ekonomi buruk, maka rupiah akan memburuk. Jika tidak, akan menyebabkan masalah," kata Mirza, Senin, 9 Juni 2014. Dia menilai melemahnya rupiah akibat sentimen negatif terhadap rilis data ekonomi adalah hal yang wajar.
Sebaliknya, jika rupiah menguat akibat transaksi perdagangan buruk, akan membawa masalah. Namun dangkalnya pasar keuangan Indonesia mengakibatkan pasar rentan terhadap berbagai sentimen, baik dari dalam maupun luar. (Baca: BI Wajib Intervensi Jika Kurs Rupiah Tembus 12.000)
Bank Indonesia baru-baru ini merilis cadangan devisa pada Mei lalu yang naik menjadi US$ 107 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 105,6 miliar. "Kondisinya membuat pasar keuangan rentan terhadap gejolak. Dia mencontohkan, setiap ada kenaikan BBM, pasti disusul juga dengan kenaikan inflasi," katanya.
Di lain sisi, tingginya BI rate merupakan salah satu alasan menjaga aktivitas neraca perdagangan dan jasa. Hal itu akan berakibat pada menurunnya cadangan devisa negara. "Pemerintah harus segera memperbaiki neraca perdagangan dan jasa agar tidak defisit, sehingga nilai rupiah bisa kembali perkasa. Salah satunya dengan perubahan ekspor dari sektor komoditas menjadi sektor manufaktur," katanya.
BI juga mencatat transaksi valas Indonesia rata-rata per hari hanya US$ 2,2 miliar. Angkanya terbilang rendah dibandingkan dengan Thailand yang berkisar US$ 13 miliar per hari. Sebab itu, BI masih mengetatkan sejumlah kebijakan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam catatan BI, pada kuartal pertama, Current Account Deficit sekitar 2,06 persen, lebih kecil dibandingkan kuartal keempat 2013 sekitar 3,85 persen. Sayangnya, upaya BI menjaga defisit transaksi berjalan berakibat rupiah melemah.
Perlambatan ekonomi di Indonesia dimulai sejak 2013. Ada banyak tekanan baik dari dalam maupun luar. Tekanan global seperti pengurangan stimulus The Fed, resesi ekonomi Eropa, dan perlambatan ekonomi di Cina membawa gejolak bagi sektor riil dan keuangan.
AYU WANDARI
Berita lain:
Valid, Surat Rekomendasi Pemecatan Prabowo
Jawab Roy Suryo via BBM, Ahok: Bro Kenapa Somasi?
Jokowi: Wiji Thukul Harus Ditemukan
Polisi: Pemerkosaan Mahasiswa Malaysia Rekayasa
Takmir Masjid Sesalkan Isi Pengajian Jafar Umar
Debat Capres Masih Gunakan Strategi 5-3-2
Klaim Lihat MH370, Pekerja Kilang Minyak Dipecat