TEMPO.CO, Semarang - Peletakan batu pertama pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang diwarnai kabar tentang bentrokan antara aparat kepolisian yang dibantu anggota TNI dan penduduk setempat yang menolak pabrik itu, Senin, 16 Juni 2014. Sejumlah ibu yang melakukan unjuk rasa dengan duduk di pinggir jalan dilempar oleh polisi dan anggota TNI ke semak-semak.
Namun Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku tak mengetahui bentrokan itu. Ganjar harus berkicau di Twitter-nya untuk memperoleh kebenaran informasi mengenai insiden tersebut. "Ratusan SMS ke saya soal semen Rembang. Ada yg mengatakan terjadi bentrok. Ada yg bilang tdk. Ada yg bs ksh info lapangan?" cuit Ganjar lewat akunnya, @ganjarpranowo.
Baca Juga:
Aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Ming Lukiarti, menyatakan bentrokan antara penduduk dan aparat kepolisian yang dibantu anggota TNI dipicu penolakan masyarakat atas pendirian pabrik semen di Rembang. Alasannya, sejak awal, penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan tidak terbuka. “Pabrik semen berpotensi merusak lingkungan,” kata Ming, Selasa, 17 Juni 2014. (Baca:Semen Gresik Bangun Ramah Lingkungan di Rembang)
Ming menyatakan, pada Senin pagi, 16 Juni 2014, sekitar 100 ibu duduk di pinggir jalan yang menuju lokasi peletakan batu pertama pabrik Semen Indonesia. "Kami mengadakan aksi keprihatinan menuntut dihentikannya rencana pembangunan pabrik semen," kata Ming. Saat itu, kata dia, jalan menuju tapak pabrik juga telah dijaga puluhan polisi dan tentara.
Dengan alasan memperlancar acara peletakan batu pertama, polisi dan tentara mengusir peserta aksi. "Ibu-ibu dilempar ke semak-semak," kata Ming. Bahkan, dia berujar, Murtini dari Desa Timbrangan dan Suparmi dari Tegaldowo sampai pingsan. Selain itu, polisi juga melakukan sweeping terhadap enam orang yang menjadi tim dokumentasi aksi. "Beberapa jam kemudian dilepas," katanya. (Baca: Pabrik Semen di Rembang Dikhawatirkan Rusak Lingkungan)
Penduduk melanjutkan aksi dengan mendirikan tenda di dekat pintu masuk tapak pabrik pada malam hari. "Tapi tenda itu diubrak-abrik," katanya. Bahkan warga Desa Timbrangan dilarang mendistribusikan makanan untuk peserta aksi. Ming menyatakan kecewa atas sikap arogan aparat keamanan.
Penduduk sudah melaporkan kekerasan aparat itu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Ming menyatakan warga akan terus kukuh bertahan menolak pendirian pabrik semen di Rembang. “Kami akan bersikukuh bertahan di lokasi sampai alat berat dikeluarkan,” kata Ming. (Baca: Jawa Tengah Diminta Kaji Ulang Amdal Pabrik Semen)
ROFIUDDIN
Terpopuler:
Olga Dikabarkan Mengidap Kanker Stadium 4
KPK Segel Ruangan Menteri PDT Sejak Senin Malam
Cak Lontong: Saya Tidak Merasa Lucu
Debat Jokowi-Prabowo Mengecewakan, Rupiah Terbenam