TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dinilai tidak serius dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pariatmono mengatakan hal ini tercermin dari minimnya anggaran yang dialokasikan untuk iptek.
"Dana yang dialokasikan untuk iptek itu hanya 0,5 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara," kata Pariatmono dalam lokakarya hasil Intergovernmental Panel on Climate Change Assessment Report ke-5 di Jakarta, Rabu, 25 Juni 2014. Tahun ini, jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan telah ditetapkan Rp 1.635,4 triliun.
Masalahnya, tutur Pariatmono, dana sekecil itu tak mungkin untuk mendanai seluruh sektor yang berkaitan dengan teknologi. Ia membandingkan minimnya dana pengembangan iptek dengan anggaran untuk pendidikan yang mencapai 20 persen dari APBN. "Anggaran 20 persen untuk pendidikan itu tidak memasukkan iptek karena sudah sektoral," ujarnya.
Seretnya pengembangan iptek juga dipengaruhi oleh minimnya dana untuk riset. "Untuk penelitian itu dananya hanya Rp 30 juta per orang per tahun," kata Pariatmono. "Jika situasinya seperti itu, tidak ada yang mau jadi peneliti di sini, dan dalam jangka panjang bisa sangat berbahaya."
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Lain:
Kembali Melemah, Rupiah Nyaris Tembus 12.000
Dukung Palestina, Jokowi Rebut Suara Partai Islam
Jawab Tudingan Fadli Zon, Pemred: Tempo Independen