TEMPO.CO, Jakarta - Penggagas tabloid Obor Rakyat Setiyardi Budiono mengklaim membiayai sendiri penerbitan tabloidnya yang dicetak hingga 100 ribu eksemplar. Klaim ini banyak diragukan kebenarannya. Sebab, biaya untuk pengiriman ke berbagai pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah saja mencapai Rp 200 juta.
Lalu, berapa sebenarnya gaji bulanan Setiyardi sebagai asisten Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah Velix Wanggai? Dari penelusuran Tempo diperoleh informasi gaji bulanan Setiyardi adalah Rp 11.746.500. Rinciannya, tunjangan kinerja sebesar Rp 8.659.000 dan tunjangan jabatan Rp 3.087.500.
Selain jadi asisten Velix, Setiyardi juga dekat dengan Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam Andi Arief. Menurut sumber Tempo, Andi Arieflah yang membawa Setiyardi bekerja di gedung Sekretariat Negara dan menempatkannya di bawah Velix. Andi, Setiyardi, dan Velix belum bisa dimintai konfirmasi. (Baca: Polisi Tak Bisa Cegah Peredaran Obor Rakyat)
Setiyardi tersinggung saat ada yang meragukan kemampuanya membiayai pencetakan tabloid yang mendeskreditkan calon presiden Joko Widodo itu.
"Itu menghina saya. Menganggap saya tidak mampu membiayai penerbitan," katanya seusai diperiksa di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Senin, 23 Juni 2014.
Setiyardi mengklaim menerbitkan Obor Rakyat dilakukannya setelah cuti sebagai asisten Velix.
"Secara etika, saya tidak boleh melibatkan institusi. Ini adalah pekerjaan pribadi," tuturnya, sembari menyatakan dirinya bebas berkarya lantaran tidak berstatus pegawai negeri.
Setiyardi mengaku menerbitkan tabloid itu lantaran merasa dibohongi calon presiden Joko Widodo yang pernah berjanji membenahi Jakarta sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Sabtu dua pekan lalu, Setiyardi mengaku bertanggung jawab atas penerbitan tabloid tersebut. Menurut dia, Obor Rakyat dicetak 100 ribu eksemplar per edisi, masing-masing 16 halaman. Setiap eksemplar, ujar dia, dicetak dengan biaya Rp 1.000 rupiah. “Biayanya murah karena jumlah halamannya tak banyak,” katanya. Kini, Obor Rakyat sudah memasuki edisi keempat.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pers Indonesia Bagir Manan mengatakan Obor Rakyat tidak layak dikatakan sebagai produk pers. Konsekuensinya, sang pemilik bisa dilaporkan ke kepolisian lantaran tulisan kontroversial yang dimuat tabloidnya.
"Apabila ada yang melapor, akan terjadi delik aduan yang bersifat pidana," kata Bagir saat dihubungi Jumat lalu.
Bagir mengatakan tabloid ini tidak memiliki badan hukum pers sebagai syarat utama untuk disebut sebagai produk pers. Selain itu, tutur dia, cara yang ditempuh Obor Rakyat untuk mendapatkan data atau tulisan tidak layak dikatakan sebagai kerja jurnalistik karena bersifat menuding dan tidak memberi kesempatan kepada tertuduh untuk melakukan klarifikasi. (Baca: Pesaing Obor Rakyat Dicetak 500 Ribu Eksemplar)
NURHASIM | AMOS SIMANUNGKALIT
Berita Lain
Goenawan Mohamad: Media Tak Harus Netral
Glenn Fredly Kecewa Dhani Pakai Baju Mirip Nazi
Himmler, Pejabat Nazi yang Ditiru Ahmad Dhani