TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Ngadiran, menduga masuknya daging celeng ke Jakarta merupakan imbas dari kegagalan program swasembada sapi oleh pemerintah. Selain itu, harga daging sapi di Indonesia selama lebih dari satu setengah tahun ini merupakan yang termahal di dunia. "Dan pemerintah seakan-akan menyerah tanpa bisa menurunkannya," kata dia ketika dihubungi, Kamis sore, 3 Juli 2014.
Sebelumnya, pada Senin malam, 30 Juni 2014, Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung wilayah kerja Bakauheni menggagalkan penyelundupan empat ton daging babi hutan atau celeng yang akan masuk ke Jakarta. Daging celeng tersebut dibawa dengan truck cold diesel thermoking dengan nomor polisi KB 9662 HH dari Sumatera Selatan. (baca:Begini Modus Penyelundupan Daging Celeng)
Baca Juga:
Ngadiran memastikan tingginya harga daging sapi itulah yang membuat celah atau kesempatan oknum-oknum tertentu yang ingin mencari keuntungan dengan mengganti atau mencampur dagingnya dengan daging celeng. "Akar masalahnya di situ," katanya.
Ngadiran juga mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam memenuhi target program swasembada daging yang mestinya tercapai pada 2014. "Mengapa gagal, anggarannya kan ada? Gara-gara begini, jadi ada kesempatan daging celeng masuk kan," ia mengeluhkan. (baca:Lima Daerah Ini Pasok Daging Celeng ke Jakarta)
Pada tahun 2010 Kementerian Pertanian mencanangkan program swasembada daging. Melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/Ot.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014, ada lima target yang ditetapkan pemerintah. Target pertama adalah meningkatnya populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,48 persen. Target kedua adalah meningkatnya produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat 10,4 persen setiap tahunnya. Target ketiga, tercapainya penurunan impor sapi dan daging sehingga hanya sebesar 10 persen dari kebutuhan konsumsi masyarakat. Target keempat, bertambahnya penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari pertambahan populasi dan produksi ternak sebesar 76 ribu orang per tahun. Terakhir, meningkatnya pendapatan peternak sapi potong minimal setara dengan Upah Minimal Regional masing-masing provinsi. (baca:Waspada Daging Celeng di Jakarta Utara)
RIDHO JUN PRASETYO
Berita Lain:
Rekan Tentara Pembakar Juru Parkir Tak Terlibat
Pembunuh Bharada Rizky Mengaku Anggota Brimob
Brimob Bharada Risky di Mata Orang Tua