TEMPO.CO, Jakarta -- Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis Husin Yazid mengatakan lembaga survei yang dia pimpin bersikap independen di pemilihan presiden 2014.
Menurut Yazid, Puskaptis merogoh koceknya sendiri sebesar Rp 750 juta untuk mendanai hasil pemungutan suara. "Saya malah menantang lembaga-lembaga lain membuka diri, independen atau tidak," kata Yazid ketika dihubungi Kamis, 10 Juli 2014. (Baca:Sekjen Persepi: Puskaptis Punya Rekam Jejak Buruk)
Yazid mengatakan Puskaptis terkenal dengan akurasinya di pemilihan kepala daerah sampai nasional. Dia mencontohkan saat pemilihan kepala daerah DKI Jakarta lalu, hanya lembaganya yang yakin Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama yang menang, sedangkan lembaga lain mengunggulkan Fauzi Bowo. Begitu pula yang terjadi di Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Yazid mempersilakan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia mengaudit lembaga surveinya asalkan dilakukan oleh Dewan Etik Persepi yang independen. "Jangan seperti sekarang, ada anggota Dewan Etik yang punya lembaga survei juga," ujar Yazid. Dia menantang lembaga survei lain untuk berani diaudit juga.
Terkait metode yang digunakan Puskaptis, Yazid mengatakan sudah menggunakan cara yang benar. Puskaptis menggunakan metode multistage random sampling dengan tingkat kesalahan 1-1,2 persen dan memantau 1.250 tempat pemungutan suara di daerah-daerah. Tingkat kepercayaan mencapai 95 persen. TPS contoh diambil di 130-135 kabupaten/kota.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Yunarto Wijaya menilai lembaga survei Puskaptis memang bermasalah. Menurut dia, kredibilitas lembaga survei itu memang tidak dapat dipercaya hasil hitung cepatnya. (Baca:Selisih Quick Count Tipis, Menko Minta Siaga Satu)
"Satu lembaga survei yang berada di bawah Persepi, yaitu Puskaptis memberikan hasil hitung cepat pemilukada di Palembang pada 2013," kata Yunarto, di Balai Kartini, Rabu, 9 Juli 2014. "Dan kebetulan nama lembaga survei itu juga kini ada dan kontroversial."
Yunarto menuturkan pada saat pemilihan umum kepala daerah di Palembang tahun 2013 lalu, hasil hitung cepat Puskaptis menuai kisruh. Salah seorang peneliti Puskaptis bahkan sempat diamankan di Polresta Palembang.
SUNDARI
Berita lainnya:
Jokowi-JK Menang, Munas Golkar Lebih Dinamis
Aburizal Klaim Koalisi Permanen Positif
PKB Jawa Tengah: Jokowi Menang di Semua Basis NU
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200