TEMPO.CO, Malang - Pelatih tim nasional U-19, Indra Sjafri, menjagokan Jerman sebagai juara Piala Dunia 2014. Alasan Indra Sjafri mengunggulkan Jerman dari Argentina dalam pertandingan final Senin dinihari nanti, 14 Juli 2014, bukan tanpa analisa. (Baca: Higuain: Argentina Akan Habis-habisan)
"Saya berani memprediksi Jerman bakal menang karena saya punya data," kata Indra, Ahad 13 Juli 2014. Indra mengaku sejak awal Piala Dunia mengunggulkan Jerman bakal juara. Bahkan di semifinal, Indra juga memprediksi Jerman akan menang atas Brasil. Namun dia tak menyangka permainan anak asuh Joachim Loew itu mampu mencetak skor mencengangkan, 7-1. (Baca: Lavezzi: Argentina Siap Lumat Jerman)
Menurut Indra, persiapan Die Mannschaft bisa dibilang paling matang dibanding seluruh peserta Piala Dunia 2014. Tim nasional Jerman juga dipersiapkan dengan metode sport science, sehingga progres seluruh pemain bisa diukur oleh tim pelatih.
Alasan lain, salah satu situasi yang membedakan secara signifikan antara Jerman dan Argentina adalah masa pemulihan kondisi fisik pemain. Jerman punya satu hari lebih banyak untuk recovery kondisi fisik para pemain dibanding tim asuhan Alejandro Sabella. (Baca: Pelatih Argentina Akui Jerman Lebih Favorit Juara)
Selain itu, kata Indra, para Jerman praktis tidak banyak mengeluarkan keringat ketika menyingkirkan Brasil di semifinal dengan skor mencengangkan, 7-1. Sedangkan tenaga para pemain Argentina sangat terkuras saat mengalahkan Belanda di semifinal dengan skor 4-2 lewat adu penalti. (Baca: Final Piala Dunia, Robben Jagokan Jerman)
"Saya kira, para pemain Jerman lebih bugar. Recovery yang kurang banyak bisa memberi tambahan tekanan pada kondisi fisik (Lionel) Messi dan kawan-kawan. Kondisi fisik akan menjadi salah satu faktor penentu tim yang akan keluar sebagai juara," kata Indra.
Sebagai pelatih, Indra tahu betul pentingnya pemulihan kondisi fisik para pemain, terlebih dalam situasi turnamen yang begitu menekan. Tubuh para pemain akan bekerja lebih keras di turnamen sekaliber Piala Dunia. Kondisi alam Brasil yang begitu lembab bisa membuat kondisi fisik lebih mudah lelah dan dapat menurunkan performa di lapangan.
Dari kajian psikologis, menurut Indra, kedua tim sama-sama sudah sangat merindukan gelar juara dunia. Argentina jadi juara pada 1986 di Meksiko dan Jerman terakhir jadi kampiun pada 1990 di Italia.
Argentina dianggap sebagai underdog. Hampir semua orang percaya bahwa Jerman jadi juara. Situasi ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi psikologis para pemain. Posisi underdog akan merugikan jika para pemain merasa dirinya berada di bawah.
"Tapi justru bisa memberikan energi tambahan jika para pemain Argentina menganggap mereka harus bekerja lebih keras dan lebih yakin bahwa mereka mampu," kata bekas pemain PSP Padang ini.
Indra menambahkan, salah satu hal penting lainnya yang tidak terkait langsung dengan teknis di lapangan adalah sosok Pep Guardiola. Sepanjang 2008-2010 Spanyol menguasai dunia dengan berbekal delapan pemain Barcelona yang diasuh oleh Guardiola.
Kini, Jerman dihuni oleh tujuh pemain inti yang bermain di Bayern Muenchen, yang kini dilatih Guardiola. Secara sederhana, Guardiola cukup berperan dalam memberi pengaruh warna permainan dari tim nasional di negara tempat ia melatih. Mau tak mau, faktor Guardiola juga berpengaruh pada performa tim nasional Jerman, yang sebelumnya memang sudah mentereng sejak diasuh pelatih brilian Joachim Loew.
ABDI PURMONO
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
Begini Cara Ahok Berantas Premanisme
Dahlan Iskan Copot Komisaris Penggagas Obor Rakyat
Hati-hati Selfie Telanjang, Foto Tak Bisa Dihapus