TEMPO.CO, Rio de Jainero - Tim nasional Jerman tidak mau lama-lama terbuai oleh kemenangan spektakuler atas Brasil dalam pertandingan semifinal, Selasa lalu. Anak-anak asuh Joachim Loew itu tak ingin trofi Piala Dunia lepas dari genggaman mereka justru di saat-saat terakhir.
Miroslav Klose merupakan salah seorang pemain Jerman yang mengalami pahitnya kekalahan di ujung perjuangan. Timnya ditaklukkan Brasil 2-0 dalam final Piala Dunia 2002 di Yokohoma, Jepang. Memang, Jerman sudah membalas kekalahan itu dengan melibas Brasil 7-1 dalam laga semifinal. Namun, buat mereka, kemenangan itu sama sekali tidak cukup.
"Kami menikmati pertandingan melawan Brasil, tapi kami harus kembali waspada setelah 24 jam," kata Klose di situs FIFA.com. "Dalam pertandingan berikutnya, kami sekali lagi harus bermain dengan kemampuan terbaik. Kalah di laga final itu sangat menyedihkan, jadi sekarang sudah waktunya kami menang."
Jerman akan menjalani partai puncak Piala Dunia 2014 melawan Argentina di Estadio do Maracana, Rio de Janeiro, besok dinihari. Ini adalah perjuangan untuk membawa pulang trofi yang sudah 24 tahun tidak jatuh ke tangan mereka.
"Orang-orang Jerman berkata bahwa gelar itu hampir berada di kantong kami, tapi Argentina akan berjuang untuk membawa gelar itu pulang," kata bek kiri Jerman, Benedikt Howedes. "Kami harus melakukan semua hal yang bisa kami lakukan untuk memastikan itu tidak terjadi."
Menurut Hoewedes, ini adalah momen yang tepat untuk merebut gelar juara dunia. "Jika kami tidak memenanginya, kemenangan semifinal itu hanya akan masuk arsip sejarah," ujarnya.
Untuk mencapai ambisi mereka, Jerman mempunyai landasan berupa kepercayaan diri. "Ini adalah pasukan terkuat di mana saya pernah terlibat," kata bek Arsenal, Per Mertesacker. "Semuanya dimulai dengan berkembang baiknya akademi remaja dalam lima atau enam tahun belakangan."
Menurut Mertesacker, kegemilangan tim mereka ditandai dengan kemenangan di Turnamen Eropa usia di bawah 21 tahun (U-21), saat mereka mengalahkan Inggris 4-0 di final. "Saya pikir itu adalah titik balik yang penting," kata dia.
Enam pemain yang bermain di tim U-21 itu, yakni Manuel Neuer, Mats Hummels, Benedikt Hoewedes, Sami Khedira, Mesut Oezil, dan Jerome Boateng, ada di tim nasional Jerman sekarang. Bahkan keenam-enamnya bermain sebagai starter dalam semifinal melawan Brasil.
"Keterkaitan di antara dua turnamen itu (Piala Dunia dan Turnamen Eropa U-21) memang kecil. Tapi Anda harus membangun semangat tim, dan lima atau enam pemain luar biasa dari turnamen U-21 yang tumbuh bersama membuat situasi menjadi lebih mudah," Mertesacker menjelaskan.
Omongan Mertesacker ada buktinya. Dalam kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa, Jerman 10 kali tak terkalahkan. Lalu, dalam empat pertandingan persahabatan menjelang berangkat ke Brasil, tim yang dijuluki Panser ini juga tidak mengalami kekalahan. Demikian juga yang terjadi selama perjalanan mereka di Brasil. Dari enam kali bermain, mereka lima kali menang dan satu kali seri. Tak hanya itu, Jerman juga menjadi tim paling produktif dari segi jumlah gol, yakni 17 gol hingga babak semifinal.
Kendati memiliki kepercayaan diri lantaran memiliki tim yang kuat, salah satu bintang Jerman, Thomas Mueller, mengingatkan penggemar Jerman bahwa pertandingan pada Senin nanti bakal tidak mudah. "Saya tidak tahu pertandingan seperti apa yang akan terjadi, tapi saya kira bukan 5-0 di paruh waktu," ujarnya. "Tentunya akan menyenangkan jika bisa seperti itu, tapi sepertinya ini akan ketat seperti saat kami melawan Aljazair atau Prancis."
Suporter Jerman sudah menunggu di kampung halaman. Mereka dilaporkan akan membuat barisan sepanjang empat kilometer dari Monumen Kemenangan menuju Gerbang Brandenburg di Berlin. Pada Piala Dunia 2006, saat Jerman hanya menjadi peringkat ketiga, suporter mereka tetap memberikan sambutan. Namun kali ini manajer umum tim, Oliver Bierhoff, mengatakan tim hanya akan melakukan perayaan bersama suporter jika mereka menang melawan Argentina. "Dan kami sangat kukuh untuk memperjuangkan itu," ujarnya.
FIFA | DAILY MAIL | THE GUARDIAN | GADI MAKITAN