TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat tindak pidana terorisme, Al Chaidar, menilai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bukan kelompok teror bagi Indonesia. Ia mengklaim kelompok ISIS di Indonesia lebih sebagai gerakan fundamentalisme dibandingkan radikalisme.
"Kalau kelompok radikal serius atau teroris tak akan muncul dengan demo dan terbuka," kata Al Chaidar saat dihubungi, Sabtu, 2 Agustus 2014. (Baca: Pemerintah Copot Kewarganegaraan Pendukung ISIS)
Ia mengatakan seluruh anggota ISIS dan rekrutmen di Indonesia tak akan bertindak radikal di dalam negeri. Kelompok ini lebih menghayati jihadnya dengan ikut berjuang bersama pimpinan ISIS, Abu Bakar al Baghdadi, untuk mendirikan Khilafah Islamiyah di Timur Tengah.
"Mereka masuk ke ISIS juga karena tak akan merusak Pancasila. Berjuang di luar Indonesia," katanya. (Baca: BNPT: ISIS Termasuk Kelompok Teroris)
Menurut Chaidar, ada 56 orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS pada 2013. Sebanyak 16 orang sudah kembali, sedangkan sisanya masih berjuang bersama ISIS di Timur Tengah.
Anggota ISIS yang kembali ke Indonesia mengklaim telah membaiat sekitar 2 juta warga di sejumlah daerah. ISIS Indonesia akan menegakkan hukum Islam tapi tak akan melawan pemerintah Indonesia.
"ISIS melawan thogut. Yang jadi thogut bukan Indonesia," ujarnya.
FRANSISCO ROSARIANS
Baca juga:
Asteroid Ubah Total Muka Bumi
Gaya Orang Kaya Baru Indonesia Diulas Media Asing
PKB: Jatah Menteri Kewenangan Presiden Terpilih
40 Ribu Kendaraan Akan Masuk Pintu Tol Cikopo