TEMPO.CO, Surakarta - Rektor Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Ravik Karsidi menyatakan pihaknya memberi perhatian khusus pada penyebaran paham ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) di Indonesia. Terutama, cara mencegah paham ISIS tidak masuk ke kampus.
Menurut dia, pada era keterbukaan informasi seperti sekarang, sangat sulit membendung informasi yang masuk. Jadi, yang dilakukan adalah menyiapkan penyaring. "Yang bisa menyaring paham radikal seperti ISIS adalah Pancasila, agama, dan kearifan budaya lokal," ujar Ravik di UNS, Selasa, 5 Agustus 2014. (Baca: Menkopolhukam Perintahkan Tifatul Blokir Konten ISIS)
Dia menuturkan Pancasila dan agama menjadi mata kuliah wajib di UNS. Sedangkan kearifan budaya lokal dipraktekkan dalam interaksi keseharian. "Misalnya, hari ini kami mengadakan silaturahmi dengan semua agama. Ini bentuk toleransi," katanya.
Upaya lain menangkal masuknya ISIS ke kampus UNS adalah menjalin komunikasi dengan warga sekitar kampus. Jika mengetahui ada mahasiswa yang menunjukkan perilaku mencurigakan, warga bisa memberi tahu kampus. "Kami mengadakan pertemuan rutin dengan warga sekitar kampus," ujarnya.
Kemudian, dengan mendata unit kegiatan mahasiswa yang ada di kampus. Dengan pendataan, dia meyakini lebih mudah mendeteksi jika ada mahasiswa yang diduga terlibat kegiatan radikal. "Kami juga menempatkan pengurus masjid kampus dari berbagai unsur. Ada yang Islam moderat, tapi ada juga yang agak kaku." (Baca: Warga Solo Hapus Mural Bergambar Bendera ISIS)
Dia mengaku tidak khawatir mahasiswa UNS akan terlibat dalam kegiatan radikal seperti ISIS. Sebab, selain sudah melakukan berbagai upaya pencegahan, dia meyakini model gerakan ISIS tidak cocok di Indonesia. "Masyarakat kita hidup dalam keberagaman dan toleransi. Sedangkan ISIS bagian dari ekstremitas," tuturnya.
Guru besar sejarah politik islam di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS, Hermanu Joebagio, menilai ISIS adalah gerakan radikal yang tidak memandang kelompok Islam mana pun, apalagi agama lain. "Jika tidak sesuai dengan paham mereka, akan dihancurkan," katanya. (Baca: Foto dengan Bendera ISIS, Baasyir Akan Dihukum)
Dia berujar, di Surakarta memang sudah terlihat ada pendukung gerakan ISIS. Agar dukungan dan simpati tidak semakin besar, dia meminta pemerintah segera menangkalnya. Salah satunya adalah mengembangkan Islam kultural dengan menggandeng Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
"Selama ini yang berkembang justru kelompok radikal. Yang kultural seperti terabaikan," tuturnya. Selain itu, juga mengajak masyarakat kembali memahami dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya bertujuan menciptakan kehidupan harmonis.
UKKY PRIMARTANTYO
Baca juga:
Migrasi Golkar Tinggalkan Ical Tunggu Putusan MK
5 Pesohor Dunia yang Gagal Meraih Sukses
Buka Kotak Suara, KPU Ambil Dokumen Ini
Cara Ahok Halau Pendatang ke Jakarta