TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik meminta pemerintah untuk lebih jeli mengatur pola produksi sejumlah komoditas hortikultura, seperti cabai dan bawang merah. Sebab, selama ini pola produksi dua komoditas tersebut cenderung tidak merata.
"Konsumsi cabai maupun bawang merah konstan. Tapi produksi kalau ditampilkan per triwulan itu ada yang surplus ada yang defisit. Ini harus dikendalikan," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin, 4 Agustus 2014. (Baca: Jembatan Comal Ambles, Harga Cabai Terdongkrak)
Berdasarkan catatan BPS, pola panen cabai dan bawang merah terbesar terjadi pada triwulan kedua dan triwulan ketiga. Akibatnya, harga di tingkat petani cenderung anjlok. Sementara itu, pada triwulan keempat, biasanya produksi anjlok, sehingga harga melonjak tinggi.
Ia mencontohkan, pada 2013, produksi cabai rawit mencapai 714 ribu ton. Produksi ini secara keseluruhan meningkat 11.250 ribu ton atau 1,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, jika dibagi-bagi berdasarkan triwulan, produksi cabai terlihat tidak merata.
Pada triwulan pertama, produksi cabai rawit hanya 45.535 ton. Kemudian, pada triwulan kedua dan ketiga terjadi peningkatan, masing-masing menjadi 58.569 ton dan 54.328 ton. Produksi lantas mengalami penurunan pada triwulan keempat, menjadi hanya 42.593 ton. "Pola seperti ini terjadi juga untuk cabai besar dan bawang merah," tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yul Bahar mengatakan produksi cabai dan bawang merah sudah dipastikan akan mencukupi kebutuhan masyarakat. Bahkan masih tersisa. (Baca: Mentan Tuding Pedagang Permainkan Harga Cabai)
Namun pengaturan pola produksi memang harus diperbaiki. "Kami itu inginnya harga stabil di tingkat petani, jangan sampai turun," ujarnya saat ditemui di BPS.
Caranya, kata dia, pemerintah akan mengatur kembali pola produksi agar komoditas ini bisa merata sepanjang tahun. Selain itu, juga meningkatkan teknologi, baik saat budidaya maupun pascapanen. "Teknologi pascapanen ini terutama yang penting karena cabai dan bawang ini termasuk yang mudah rusak kalau dalam sepekan tidak digunakan," tutur Yul.
Selain itu, pemerintah juga mendorong kerja sama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk mengatur tata niaga bahan baku untuk industri olahan. "Kami berharap kelebihan produksi bisa diserap oleh industri. Jangan terus menerus impor bahan baku," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Berita terpopuler:
Foto Dirut PT KAI Tidur di Kereta Bukan Pencitraan
Logistik Laut Tak Terimbas Pembatasan Solar
Jelang Pembatasan BBM, Pertamina Libatkan Polisi