TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti gerakan radikal Islam UIN Sunan Kalijaga, Muhammad Wildan, menilai pemerintah telat mengantisipasi perluasan kampanye Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia. Menurut dia, pencegahan munculnya kampanye ISIS dengan beragam media merupakan langkah paling efektif menghambat perluasan pengaruh idelogi jihad gerakan itu. (Baca: Endus ISIS, Intelijen Daerah Lintas Sektor Disebar)
"Pembiaran pada pemasangan spanduk dan bendera ISIS di Solo itu kesalahan fatal," kata dia pada Rabu, 6 Agustus 2014.
Wildan menilai langkah pemerintah berupa ancaman pencabutan kewarganegaraan terhadap pendukung ISIS justru tidak efektif menghambat perluasan pengaruh ideologi jihad. Pencegahan seharusnya perlu dilakukan dengan melarang pemasangan spanduk, bendera dan deklarasi dukungan untuk ISIS. "Termasuk kampanye di Internet juga perlu dibatasi," kata dia. (Baca: Pemerintah Blokir 27 Video ISIS di Internet)
Dia berpendapat perluasan ideologi di masyarakat memang tidak mungkin dibatasi dengan larangan. Langkah paling efektif ialah membatasi media kampanye gagasannya. "Kampanye dengan beragam media dan aktivitas deklarasi dukungan ke ISIS yang harus dilarang," kata dia.
Wildan memperkirakan kampanye ISIS di Indonesia berpeluang mengkonsolidasikan kembali banyak faksi-faksi yang selama ini terpecah-belah di internal gerakan Jamaah Islamiah (JI). Selain berpotensi menarik simpati aktivis JI, menurut Wildan, kampanye ISIS juga mudah berpengaruh di kalangan alumnus jihadis Afganistan. (Baca: Pendukung ISIS Bantah Isu Makar)
"Organisasi Islam seperti HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) atau Majelis Mujahidin Indonesia kecil kemungkinan tertarik ideologi ISIS," kata dia.
Perluasan kampanye ISIS juga berpotensi menciptakan regenerasi jihadis baru. Namun, Wildan mengatakan saat ini pengaruh ideologi ISIS lebih mungkin mendorong aktivitas jihad di luar Indonesia. "Beda dari Al-Qaeda, ISIS berorientasi teritori lokal Timur Tengah dan cenderung sektarian," ujar dia.
Oleh karena itu, menurut dia, banyak kalangan meragukan kesungguhan Abu Bakar Baasyir saat mengikuti pembaiatan pendukung ISIS. Sebabnya, karakter ideologi jihad ISIS berbeda jauh dari Al-Qaeda yang selama menjadi rujukan JI. "Bisa saja karena dia kurang menerima informasi," kata Wildan.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Topik terhangat:
Arus Mudik 2014 | MH17 | Pemilu 2014 | Ancaman ISIS
Berita terpopuler lainnya:
Ainun Najib: Next Project, Kawalpilkada.org
Google Tarik Game 'Bomb Gaza,' Dianggap Provokatif
Juru Parkir Liar di Kota Tua Raup Rp 2 Juta Sehari