TEMPO.CO, Banda Aceh - Kekerasan dialami oleh siswa baru akibat perlakuan seniornya di SMA Wira Bangsa Meulaboh, Aceh Barat. Pihak sekolah sedang menangani peristiwa di sekolah asrama tersebut. "Kami mencoba menyelesaikannya secara kekeluargaan," kata Kepala Sekolah Wira Bangsa Burhanuddin kepada Tempo, Ahad, 10 Agustus 2014.
Menurut dia, kejadian berlangsung pada Jumat dinihari lalu. Anak laki-laki yang berjumlah sekitar 33 orang dikumpulkan oleh seniornya. Kemudian terjadi kekerasan terhadap mereka. Hal ini dilakukan tanpa terdeteksi oleh pihak sekolah. Burhanuddin juga tidak tahu dalam agenda apa para senior mengumpulkan adik-adik kelasnya itu. Sebab, orientasi pengenalan sekolah telah selesai dilaksanakan.
Pihak sekolah baru mengetahui kejadian pada Jumat pagi. Beberapa orang tua mendatangi sekolah untuk membuat pengaduan. Kemudian pihak sekolah mengumpulkan para murid untuk menelusuri dan menyelesaikan masalah. "Untuk sementara ada enam siswa kelas 3 yang diduga sebagai promotor pelaku kekerasan," kata Burhanuddin.
Pada Sabtu, 9 Agustus 2014, Bupati Aceh Barat H.T. Alaidinsyah dan beberapa anggota dewan serta Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat mengunjungi sekolah tersebut untuk menyelesaikan persoalan. Atas saran Bupati, penyelesaian kasus dilakukan secara kekeluargaan.
Sekolah kemudian memanggil orang tua dari enam siswa yang dianggap sebagai promotor kekerasan. Mereka didamaikan dengan adik kelas di musala sekolah. Orang tua juga diminta untuk membina anaknya sehingga mereka tidak mengulangi lagi tindakan tersebut. "Perjanjian dilakukan di atas materai. Kalau mengulangi lagi, akan diberikan tindakan tegas," kata Burhanuddin. "Masalah ini belum sampai ke pihak kepolisian, mudah-mudahan tidak."
Seorang wali murid yang anaknya mendapat kekerasan mengakui sang anak trauma atas kejadian tersebut. "Anak saya mengaku dipukul dan ditampar tiga kali," katanya kepada Tempo, sambil meminta namanya dirahasiakan.
Selanjutnya anak-anak yang baru tiga hari berada di asrama tersebut juga diancam agar tidak mengungkapkan perilaku senior kepada keluarga mereka. "Saya rasa ini sudah seperti tradisi di mereka, sangat disayangkan," katanya.
Dia berharap pihak sekolah dapat menyelesaikan persoalan tersebut dengan arif dan bijaksana agar anak-anak dapat belajar dengan tenang. Juga, supaya tidak ada lagi tindak kekerasan terhadap siswa.
ADI WARSIDI
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
Ini Penyebab Muncul Fenomena Jilboobs
Ical Tak Akan Maju Lagi Jadi Ketum Golkar