TEMPO.CO, Jakarta - Dampak pembangunan mass rapid transit (MRT), ruas Jalan Sudirman yang menuju Bundaran HI dibagi menjadi tiga jalur. Satu jalur cepat di bahu kanan jalan cukup untuk tiga mobil, sedangkan satu jalur lambat di bahu kiri hanya muat dua mobil lantaran sempit. Kedua jalur kendaraan ini dibelah untuk area konstruksi MRT selebar hampir 20 meter.
Saat ini, proyek MRT Jakarta berlanjut dengan pembangunan dua stasiun bawah tanah, yaitu Stasiun Istora dan Bendungan Hilir, di ruas Jalan Sudirman. Keduanya adalah bagian dari jalur bawah tanah MRT sepanjang 5,9 kilometer. (Baca: MRT Jakarta Salah Satu Proyek Terbaik Dunia)
"Saya dengar menggalinya sampai 20 meter. Tapi masih lama, mungkin dua bulan lagi," kata Slamet Riyadi, pekerja konstruksi MRT, di depan Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Rabu, 13 Agustus 2014. "Orang-orang Jepang itu juga masih mengukur."
Slamet mengatakan saat ini tugas dia dan koleganya adalah merapikan ruas jalan yang telah diblok untuk konstruksi MRT. Seperti merapikan papan dan beton pembatas. "Nanti tugas kami juga memotong pohon yang di tengah jalan ini," katanya.
Sementara itu, akibat pembangunan stasiun bawah tanah MRT, dibuat rekayasa lalu lintas yang berjarak sekitar 700 meter dari depan gedung Citi hingga halte Polda Transjakarta. Para pengendara mengeluhkan penyempitan jalur kendaraan di jalur lambat. "Kalau ada bus, pasti bakal lama antrenya," kata Hidayat, pengendara seepda motor.
Baca Juga:
Amelia, juga pengendara sepeda motor, mengeluhkan hal yang sama. Dari Bundaran Senayan hingga Mapolda Metro Jaya, dia harus berkendara selama 30 menit lebih. "Biasanya juga 15 menit," katanya. "Jakarta jadi jelek sekali karena konstruksi MRT. Tapi tak apalah. Nanti, kalau sudah jadi, kita semua happy." (Baca: Proyek Stasiun Bawah Tanah MRT, Hindari Titik Ini)
INDRI MAULIDAR
Berita Lainnya:
Kurikulum 2013: Murid Bingung Belajar Apa?
Semua Koridor Transjakarta Diusulkan Pakai E-Ticket
Bayi Kembar Dempet di Bandung Bisa Ganti Kelamin
PKL Pasar Asemka Segera Ditertibkan