TEMPO.CO, Surabaya - Usai menjalani operasi sekitar tujuh jam, balita kembar siam asal Banyuwangi, Nurul Anindia Vina Maulida dan Rahma Anindita Vani Maulida berhasil dipisahkan. Rabu, 13 Agustus 2014 lalu, tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD dr Soetomo berhasil memisahkan secara sempurna kembar siam dempet dada (Thoracopagus) itu sekitar pukul 13.54 WIB.
Putri pasangan Yudha dan Sikka Jayanti itu keluar dari ruang operasi Gedung Bedah Pusat Terpadu lebih cepat dari perkiraan, yakni sekitar pukul 17.30 WIB. Nurul yang memiliki berat 8 kilogram dan Rahma 7 kilogram itu, masih berada di ICU Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD dr Soetomo Surabaya.
Baca Juga:
Ketua Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu, Agus Hariyanto, mengatakan kedua balitatak mengalami kondisi kritis yang berarti. Bahkan alat bantu pernafasan mereka tengah dicoba dilepaskan. "Keadaannya masih aman terkendali. Tapi merawat kembar siam itu tidak mengenal waktu, kami siaga 24 jam penuh mengawasi perkembangan mereka," katanya kepada Tempo, Kamis 14 Agustus 2014.
Dikatakan Agus, Rahma mengalami tiga jenis komplikasi jantung yang cukup berat, yakni Patent Ductus Arteriosus (PDA), Arterial Septal Defect (ASD), dan Transposition of the Great Artery (TGA). "PDA membuat aorta jantung berada terbalik di atrium kanan, padahal seharusnya ada di bilik kanan. Selain itu Rahma memiliki Arterial Septal Defect (ASD) yakni kondisi serambi kanan yang bocor," kata dia.
Kondisi tersebut makin parah dengan adanya kasus Transposition of Great Artery (TGA) atau transposisi pembuluh darah besar. "Tapi benar-benar keajaiban Tuhan. Ternyata dengan kompleksitas jantung, Rahma tertolong," ungkap salah satu tim bedah anak dokter IGB Adria Hariastawa.
Rahma sempat mengalami permasalahan tensi darah yang menurun dan desaturasi (penurunan oksigen dalam darah). Dokter langsung berhenti untuk melakukan tindakan guna menstabilkan kondisi tersebut. Pemberian obat-obatan dan cairan langsung dilakukan untuk meningkatkan kembali tensi darah.
Barulah tim dokter anak melakukan pemotongan liver Nurul dan Rahma. "Kami sempat kesulitan memotong liver karena livernya tebal," ujarnya. Setelah liver terpisah pada pukul 11.41 WIB, pemotongan dilanjutkan pada bagian rongga dada dan jantung (thorax kardiovaskular) untuk memisahkan selaput jantung Nurul-Rahma yang menyatu. Sekitar pukul 12.59 WIB dada keduanya terpisah, lalu dilakukan rekonstruksi jantung. Tim bedah anak kembali melanjutkan finalisasi proses inisiasi selaput perut, hingga benar-benar terpisah pukul 13.54 WIB.
Dua tim bedah plastik menutup luka hasil pemisahan bayi di ruang berbeda. Rahma tetap di ruang 609, sedangkan Nurul diruang 607. Tim bedah plastik menutup lubang yang menganga dengan alat vacum assisted closure (VAC).
Alat ini nantinya merangsang pertumbuhan jaringan granular agar lubang menganga sekitar diameter 5 cm ini semakin mengecil. "Alat ini hampa udara. Selain menutup lubang menganga tersebut, juga berfungsi untuk menyedot cairan dan bakteri dari dalam tubuh," ujar tim bedah plastik, Prof Dr dr Sjaifuddin Noer.
Orangtua Nurul-Rahma, Sika Jayanti dan Yudha Winarno, tak henti mengucapkan rasa syukur. "Alhamdulillah. Terimakasih, saya bahagia operasi berhasil. Saya tidak bisa bilang apa-apa selain terima kasih kepada semua pihak," ucap Sika.
ARTIKA RACHMI FARMITA