TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai sasaran nilai tukar rupiah yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2015 sangat pesimistis. “Level kurs Rp 11.500-12.000 per dolar AS dikhawatirkan malah kontraproduktif terhadap investor,” ujarnya ketika dihubungi Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014.
Pernyataan itu disampaikan untuk merespons pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membacakan nota keuangan dan pengantar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015, tadi pagi, di parlemen. Dalam asumsi makro APBN 2015, selain disebutkan kurs rupiah terhadap dolar AS, juga diungkap soal inflasi, suku bunga, lifting minyak, dan lain-lain. (Baca: Investor Yakin Jokowi Bakal Ubah RAPBN 2015)
Lebih jauh, Lana menilai kurs rupiah yang dapat membuat pasar merasa yakin adalah yang berkisar di level Rp 11 ribu per dolar AS. “Terlihat, di level itu, pasar cenderung merespons positif Jokowi,” tuturnya. Oleh karena itu, ia berharap pemerintah mendatang bisa terus menguatkan nilai tukar rupiah tersebut.
Adapun terkait dengan target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5-6 persen tahun depan dinilai Lana sebagai hal moderat. “Sulit mengharapkan pertumbuhan ekonomi bergerak di atas enam persen. Enam persen merupakan batas maksimal yang bisa terwujud melihat kondisi perekonomian saat ini,” katanya. (Baca: Rupiah Tergerus Konflik di Ukraina)
Berkaitan dengan inflasi, Lana menilai target pemerintah untuk tahun depan terlalu optimistis karena tak memikirkan dampak isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. "Gejala pemerintahan yang akan datang menaikkan BBM sudah ada, tapi RAPBN 2015 tak mengakomodir sentimen negatif yang mungkin timbul," ujar Lana.
Oleh karena itu, ia menilai angka inflasi empat persen terlalu naif mengingat isu kenaikan BBM bisa meningkatkan laju inflasi hingga tujuh persen. “Dengan catatan kenaikan harga BBM bersubsidi itu sebesar 40 persen,” katanya.
DINI PRAMITA
Berita terpopuler:
Dahlan Iskan: Ignasius Jonan Cocok Jadi Dirut PLN
Chatib: Siapa Pun Presidennya, Naikkan Harga BBM
Dahlan Iskan: Dirut PLN Minta Segera Diganti