TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, tengah merawat seorang warga negara Ghana yang diduga terjangkit virus ebola. Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ditemukan adanya virus mematikan itu di tubuh pasien tersebut. "Ternyata demam berdarah," kata Kepala Staf Medis Fungsional Penyakit Dalam RSPI Sulianti Saroso, dr Iwan Firmansyah, Senin, 1 September 2014.
Menurut Iwan, gejala demam berdarah dengue (DBD) dan ebola memang mirip. Antara lain, demam dan trombosit yang menurun. Namun, dengan uji spesimen, bisa diketahui secara pasti apakah pasien tersebut terjangkit ebola atau DBD.
Menurut Direktur RSPI Sulianti Saroso, Fatmawati, pasien dirujuk ke RSPI pada Kamis lalu dengan gejala demam tinggi, nyeri otot, dan sakit kepala yang telah berlangsung selama lima hari. Melihat riwayat perjalanannya yang baru datang dari Afrika, pasien tersebut diduga membawa virus ebola. Sebab, saat ini virus mematikan itu tengah mewabah di Afrika.
Setelah dirawat empat hari, ternyata kecurigaan itu tidak terbukti. Kondisi pasien yang berusia 32 tahun itu juga semakin membaik. Pada Ahad lalu, pasien itu diperbolehkan meninggalkan RSPI. (Baca: Unair: Kemungkinan Penularan Ebola ke Indonesia Relatif)
Ebola adalah virus yang pertama kali mewabah di negara-negara Afrika Barat. Gejala penyakit ini mirip dengan influenza dan demam berdarah, antara lain sakit kepala, demam tinggi, dan trombosit menurun. Tingkat kematian bila terserang virus ini mencapai 80-100 persen. (WHO: Korban Tewas Virus Ebola Tembus 1.000 Orang)
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Berita lain:
Curhat Jokowi: Dari Sinting, Ihram dan Prabowo
Manfaat Caci Maki Florence 'Ratu SPBU'
Ronaldinho Segera Main di ISL
Ibas Bantah Terima Uang dari Nazaruddin