TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah membuat penerbangan di dua bandar udara di provinsi itu terganggu. Pihak bandara terpaksa menunda keberangkatan dan pendaratan pada Jumat, 5 September 2014.
Kedua bandara itu adalah Bandara Haji Asan Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Bandara Beringin Muara Teweh di Kabupaten Barito Utara. "Jarak pandang di landasan pacu kurang dari 1 kilometer dan membahayakan keselamatan penerbangan," kata Kepala Bandara Haji Asan Sampit, Edison M. Saragih, di Sampit.
Edison menjelaskan beberapa pesawat membatalkan pendaratan, di antaranya ATR milik maskapai Kalstar Aviation dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, tujuan Sampit. "Jika tetap diselimuti kabut, bandara kami tutup sementara,” ujarnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni, mengatakan, dalam tiga hari terakhir, hotspot atau titik panas di wilayah Kotawaringin Timur terpantau ada 41 titik. Wilayah selatan paling rawan kebakaran ada 31 titik, yaitu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, dan Kecamatan Teluk Sampit.
Kabut asap juga menyelimuti Bandara Beringin Muara Teweh. Jarak pandang vertikal di bandara itu hanya 500 meter. "Penerbangan dari Balikpapan, Kalimantan Timur, ke Muara Teweh pagi ini ditunda hingga siang," kata seorang petugas Bandara Beringin Muara Teweh, Sidik, kemarin. (Baca: Perhutani Tak Usut Pembakar Hutan Gunung Lawu)
Penerbangan rute Balikpapan-Muara Teweh yang tertunda itu adalah pesawat maskapai Susi Air yang biasanya tiba di Bandara Beringin Muara Teweh pada pukul 07.45 Wita.
Kabut asap ini menyebabkan warga Sampit harus menggunakan masker saat ke luar rumah. “Jangan dibilang ini embun. Ini jelas asap karena bau bekas rumput terbakar," kata Hariyati, warga Sampit. Asap terlihat amat pekat sekitar pukul 06.00 waktu setempat. (Baca: UU Kabut Asap Singapura Tak Langgar Kedaulatan RI)
KARANA W.W.