TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menginstruksikan Pertamina dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mengkaji ulang pembatasan kuota bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan beberapa waktu. "Memberikan hasil, tapi tidak signifikan," kata CT di kantornya, Senin, 8 September 2014. (Baca juga: Sidang Pengadilan Ditunda Gara-gara Solar Hilang)
Menurut CT, pembatasan kuota BBM tidak semuanya berakhir mulus. Banyaknya antrean konsumen dan kelangkaan BBM di beberapa tempat akhirnya mendorong pemerintah melakukan kajian secara matang. (Baca: Pasokan Premium Belum Merata).
Berkaca dari pengalaman itu, CT meminta dua lembaga tersebut mendistribusikan BBM secara normal, sehingga tidak mengganggu stabilitas sosial dan politik. "Artinya, Pertamina harus menyalurkan BBM secara terukur dan terkendali," ujarnya. Selain menginstruksikan operator, CT juga meminta masyarakat menggunakan BBM secara hemat serta melarang penimbunan untuk tujuan spekulasi. (Baca: Dilarang Beli BBM Pakai Jeriken, Nelayan Bingung)
Sebelumnya, Pertamina mengklaim telah melakukan penghematan yang cukup signifikan selama melakukan pengendalian penyaluran BBM bersubsidi. Pengendalian yang dilakukan sejak 18 Agustus 2014 tersebut mampu menghemat konsumsi Premium sekitar 5-7 persen per hari. "Bisa mengerem konsumsi Premium sebanyak 5.000 kiloliter per hari," tutur Vice President Fuel Retail Marketing Pertamina Mochamad Iskandar saat ditemui di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2014. Artinya, hingga hari ini, penghematan Premium sudah mencapai 50 ribu kiloliter.
Iskandar mengatakan konsumsi harian Premium pada kondisi normal mencapai 81.571 kiloliter. Sedangkan konsumsi harian solar pada penyaluran normal sebesar 44.784 kiloliter per hari. "Sebenarnya, dengan pengendalian tersebut, kami sudah hitung kuota bisa cukup hingga akhir tahun," ujarnya. Namun, sesuai dengan arahan pemerintah, Pertamina kini menormalkan kembali pasokan BBM bersubsidi agar tidak terjadi potensi antrean yang berkepanjangan. (Baca: Pengecer di Banyuwangi Beralih Menjual Pertamax)
Sepanjang tahun ini, jatah Premium bersubsidi mencapai 29,57 juta kiloliter. Jatah tersebut hingga 18 Agustus masih tersisa 10 juta kiloliter. Adapun solar yang dijatah 15,16 juta kiloliter kini kuotanya hanya tersisa 5,5 juta kiloliter.
JAYADI SUPRIADIN
Berita Terpopuler
PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo
Identitas Jack the Ripper Akhirnya Terungkap
UU Pilkada Sah, Koalisi Prabowo Borong 31 Gubernur