TEMPO.CO, Damaskus - Salah seorang pemimpin kelompok pemberontak Suriah paling berpengaruh tewas bersama puluhan komandan lapangan lainnya akibat dibom saat melakukan pertemuan rahasia di Provinsi Idlib.
Dia adalah Hassan Abboud, Kepala Brigade Ahrar al-Sham. Pejuang ini berada di antara 45 orang yang tewas pada Selasa, 9 September 2014, ketika mengadakan rapat rahasia di dalam bunker dekat gudang amunisi di luar Ram Hamdan.
Pertemuan di Idlib dihadiri oleh Ahrar dan sejumlah brigade lain yang tergabung dalam aliansi Front Islam. Di antaranya Brigade Abdallah Azzam dan Brigade Iman. Pertemuan ini membicarakan strategi melawan Negara Islam (Islamic State/IS--sebelumnya dikenal sebagai Negara Islam Irak dan al-Sham/ISIS).
Beberapa pucuk pimpinan pemberontak yang tewas pada pertemuan itu, antara lain, Abu Yazan al-Shami, anggota Dewan Syura Ahrar; komandan lapangan Abu Talha al-Askari, Abu Yousuf Binnish; dan Kepala Brigade Iman Abu al-Zubeir.
Dalam percakapannya dengan Al Jazeera, anggota biro politik Ahrar, Abu al-Mustafa, mengatakan kelompoknya sedang menyelidiki penyerangan tersebut. "Ada kemungkinan pertemuan tersebut disusupi dan ledakan bom itu untuk pertama kalinya terjadi di dalam bunker," ujarnya. "Mungkin ada seseorang yang sengaja meletakkan alat peledak di dalam bunker, sebab bunker ini terletak di tempat rahasia."
Dia menerangkan, "Kematian para elite kelompok ini justru kian meningkatkan semangat kami untuk bertempur dan melanjutkan perjuangan hingga tanah kelahiran kami bebas."
Belum diketahui siapa yang melakukan perbuatan tersebut, namun para simpatisan Negara Islam memuji serangan mematikan terhadap Abboud itu melalui jejaring media sosial.
Ahrar memiliki sekitar 20.000 pejuang dan merupakan kekuatan utama dalam aliansi Front Islam yang dibentuk awal tahun ini guna melawan kelompok Negara Islam. Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Desember 2013, Abboud mengatakan dia akan bertempur untuk memperjuangkan kebenaran dan menolak perundingan atas prakarsa PBB di Jenewa antara pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak di pengasingan Koalisi Nasional Suriah.
"Kami melihat pertemuan Jenewa sebagai sebuah alat penipuan. Kami akan tetap melanjutkan pertempuran demi revolusi, hingga kami mendapatkan hak-hak kami."
AL JAZEERA | CHOIRUL