TEMPO.CO, Canterbury - Karen Douglas, pakar psikologi sosial dari University of Kent di Inggris berpendapat bahwa teori konspirasi berkembang dari suatu reaksi terhadap tragedi yang tak terjelaskan sebab-musababnya. Termasuk reaksi terhadap insiden hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370.
"Salah satu variabelnya yakni reaksi ketidakpercayaan. Reaksi yang menumpuk akan berbuah menjadi teori konspirasi," ujar Douglas dalam konferensi tahunan British Psychological Society di Canterbury, Kamis, 11 September 2014.
Douglas mengatakan, seperti yang dilansir dalam Livescience.com, variabel lain seperti paranoid dan ketidakmampuan mendapatkan informasi resmi akan memperkuat teori konspirasi pada masing-masing individu. Dalam penelitiannya, dia menanyakan pendapat 250 orang responden tentang alasan hilangnya MH370. (Baca juga: MH370 Miliki 1000 Kemungkinan Jalur Terbang)
Hasilnya mencengangkan, semuanya berpendapat bahwa hilangnya MH370 sejak Maret 2014 itu sebagai hasil konspirasi beberapa pihak. Douglas juga meminta tanggapan mereka tentang beberapa kasus lain seperti kematian Putri Diana dan serangan 9/11 World Trade Center. "Kami juga memeriksa kepribadian mereka untuk perbandingan data," ujarnya.
Singkatnya, kata Douglas, orang akan menganggap suatu peristiwa sebagai sebuah tindakan konspirasi karena tak mampu mendapatkan informasi yang akurat. Juga ditambah dengan kejadian-kejadian besar lainnya yang serupa. Dia berpendapat bahwa temuan ini mendukung gagasan terdahulu yang menyatakan teori konspirasi terjadi karena ketidakpercayaan yang menumpuk.
AMRI MAHBUB
Berita Lainnya:
Jokowi Tolak Mercy, Sudi: Mau Mobil Bekas?
Ini Keunggulan iPhone 6 Ketimbang iPhone Lama
Benda Ini Wajib Dibawa Jokowi-Iriana ke Istana