TEMPO.CO, Pemalang - Belum genap sehari aktivitas vulkanisnya dinyatakan menurun, Gunung Slamet kembali memamerkan besarnya energi yang tersimpan dalam perutnya pada Jumat malam, 12 September 2014.
Setelah berselimut kabut sejak siang hingga petang, gunung tertinggi di Jawa Tengah itu kembali mengagetkan warga sekitar dengan dentuman keras disertai lava pijar yang menyembur dari puncak kawahnya pada pukul 18.52 WIB.
Baca Juga:
Dari pantauan Tempo di Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, dentuman menggelegar berbarengan dengan suara azan isya menjadi pembuka serentetan dentuman lain yang tidak kalah kerasnya.
Dalam kurun waktu sekitar sepuluh menit, gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu meletuskan lava pijar hingga empat kali disusul dengan suara dentuman yang membuat kaca Pos Pengamatan bergetar.
Pengamat gunung api di Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sukedi, mengatakan naik dan turunnya aktivitas vulkanis Gunung Slamet masih dalam status siaga atau dua level di atas normal. “Secara umum, aktivitasnya masih cukup tinggi,” ujar Sukedi.
Dia menjelaskan, pada Jumat pukul 00.00 hingga pukul 06.00 WIB, aktivitas vulkanis Gunung Slamet memang sempat menurun dibanding pada Kamis malam. Landainya aktivitas vulkanis itu bertahan hingga pukul 18.00 WIB. “Adapun dari pukul 18.00 ke atas, aktivitas vulkanisnya kembali menguat,” tutur Sukedi.
Dia mengimbau warga yang bermukim di lereng Gunung Slamet tetap sabar menyikapi fenomena alam ini. “Jangan panik, zona bahaya masih dalam radius 4 kilometer dari puncak,” katanya.
Duduk di teras Pos Pengamatan Gunung Slamet, Susanti, 30 tahun, berkali-kali melafalkan istigfar tiap kali melihat lava pijar menyembur dari puncak kawah Gunung Slamet. “Saya ke sini karena penasaran. Ternyata letusannya memang menakutkan,” ujar warga Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, itu.
DINDA LEO LISTY