TEMPO.CO, Jakarta - Tawakal Ade Thabrani, 30 tahun, memberi instruksi kepada rekan-rekannya yang tergabung dalam Komunitas Berbagi Nasi Jakarta untuk berkumpul di pinggir tangga di kawasan belanja Sarinah, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 4 September 2014. Pria kelahiran 29 Juli 1984 ini bersama teman-temannya hendak membagikan 250 bungkus nasi di kawasan tersebut. (Baca: Desainer Indonesia Siap Bersaing di Pasar Bebas)
Tata—panggilan Tawakal—percaya bahwa, "Sekecil apa pun yang sudah kami lakukan, kami selalu mendapatkan manfaat baliknya. Dari hal seperti ini kita jadi lebih bersyukur," katanya. Jika dijumlahkan, komunitas ini bisa membagikan lebih dari 500 nasi bungkus setiap minggu.
Sasaran mereka adalah orang-orang tidak mampu yang mereka temukan di pinggir jalan, terutama kaum tunawisma, seperti pemulung, buruh cuci, dan tukang ojek sepeda. Kebanyakan dari sasaran mereka adalah musafir atau orang-orang dari luar Jakarta yang mencari penghidupan di kota ini. "Pastinya mereka benar-benar tunawisma, tapi masih mau bekerja," kata Tata.
Menurut Bayu Pinasthika, 24 tahun, anggota komunitas itu, ide membagi-bagikan nasi ini awalnya muncul dari Komunitas Berbagi Nasi di Bandung asuhan Danang Nugroho. Kegiatan ini kemudian diperkenalkan oleh Danang kepada Tata dan menyebar dari mulut ke mulut hingga akhirnya komunitas serupa dibentuk di Jakarta pada Desember 2012. Selain Bandung dan Jakarta, komunitas serupa telah berdiri di 61 kota di Indonesia. “Mereka adalah orang-orang yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk menolong sesama,” ujarnya.
Dalam membagikan nasi, komunitas ini (baca: Apresiasi Film Indonesia Harus Ada Unsur Edukasi) tidak menggunakan data dari lembaga tertentu. Mereka langsung turun ke jalan dan mencari tahu keadaan orang-orang yang ingin disumbang. Menurut Bayu, setiap kali berkumpul ada sekitar 30 anggota yang datang.
Biasanya mereka mendapat informasi dari para penerima nasi di daerah itu tentang daerah mana saja yang membutuhkan makanan. Pembagian dilakukan secara bergilir setiap hari di wilayah Jakarta. “Kami yang di Jakarta Pusat dapat kebagian hari Kamis malam,” kata Tata.
Beberapa daerah yang menjadi sasaran pembagian nasi komunitas ini adalah daerah Latumenten, Grogol, Jakarta Barat; Kampung Melayu, Jakarta Timur; wilayah Kota dan sekitar Cikini untuk Jakarta Pusat; wilayah Taman Puring di Jakarta Selatan; serta Plumpang untuk Jakarta Utara. Mereka mulai membagikan nasi sekitar pukul 22.00 WIB dan biasanya selesai pada pukul 03.00 dinihari.
CHETA NILAWATY | HP
Terpopuler
Enam Keluarga Terbaik di Sunlight Living Challenge
L'Oreal Women of Worth, Mencari Perempuan Inspiratif
Pameran Wahana Permainan Dunia di Balai Sidang
Semangat Thursday Night Running