TEMPO.CO, Bima - Operasi perburuan teroris kembali dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 Mabes Polri. Sabtu, 20 September 2014 malam, tim pemburu membawa 5 orang yang diduga terlibat terorisme dari Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Kelima orang itu yakni: Juwaid alias Herman alias David, Suhaili alias Gondrong dan Ustad Juned, Dedi iIrawan dan Salman. "Dari 6 orang, 5 orang di antaranya ditangkap di Bima, sisanya yang satu tewas terembak di Kabupaten Dompu," kata seorang sumber di Polda NTB kepada Tempo. (Baca: Densus 88 Tangkap Lima Terduga Teroris di Bima)
Khusus operasi ini, Densus mengerahkan dua regu penindak dan seluruh bantuan Brimob Polda NTB. Penangkapan itu, kata sumber tersebut, bermula dari Desa Sowa, Kecamatan Soromnadi, Kabupaten Bima. Dari situ, dikembangkan ke Desa Punti dan Desa Sarita, selanjutnya ke dekat Pesantren Usman bin Afan di Desa O'o, Dompu . Dari Dompu, mereka dibawa ke Mataram. Selanjutnya, mereka dibawa dengan pesawat ke Jakarta.
Penangkapan itu terkait dengan jaringan Idham alias Oni, yang dibekuk Densus di depan SPBU di Alas, Sumbawa, Juni lalu. Terduga teroris Nurdin yang ditembak mati adalah adik kandung Firdaus, juga dikenal sebagai guru di Pondok Pesantren Umar Bin Khatab.
Sejak magrib sore kemarin, terlihat kerumunan ratusan warga di Desa O'o, Dompu. Tampak pula dua mobil milik Densus dan dua sepeda motor serta satu kompi anggota Brimob Dompu.
Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, Brigadir Jenderal Sriyono, mengatakan pasukannya masih berada di lapangan untuk melakukan pengembangan kasus. "Polisi masih berada di lapangan untuk mengembangkan," kata Sriyono.
Saat ditanya, apakah masih ada penangkapan lagi, Kapolda NTB mengatakan hal itu tergantung hasil di lapangan. "Masih dilakukan pengembangan," katanya lagi.
AKHYAR M NUR
Terpopuler:
Sindir Ahok, Prabowo: Kutu Busuk, Kutu Loncat?
Tiba di Lokasi Kongres Gerindra, Prabowo: Kok Sepi
Tiba di Lokasi Kongres, Prabowo: Kok Sepi, Ya
Tidak Jadi Menteri, Abraham Siap Maju Pilpres 2019
Prabowo Klaim Gerindra Kalah karena Kurang Duit