TEMPO.CO, Jakarta - Kurs dolar berangsur melemah terhadap sebagian mata uang Asia setelah rilis notulensi pertemuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Minutes) tidak sesuai dengan harapan. Notulensi yang menyebut The Fed khawatir akan penguatan dolar akibat memburuknya ekonomi Eropa mendorong investor melepas dolar.
Pada Kamis, 9 Oktober 2014, pukul 10.45 WIB, mayoritas kurs regional masih menguat terhadap dolar. Ringgit memimpin penguatan dengan apresiasi 1,12 persen pada level 3,235 per dolar, disusul won yang melonjak 0,91 persen ke level 1.064,36 per dolar. Kurs rupiah naik 58 poin (0,47 persen) ke level 12.181. (Baca juga: Sesi Pembukaan Hari Ini, IHSG Melambung Tinggi)
Baca Juga:
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan notulensi Fed Minutes menjadi antiklimaks tren penguatan dolar. Investor yang sebelumnya mengincar peluang dari kenaikan suku bunga The Fed dalam Fed Minutes akhirnya kecewa. Sebab, penguatan dolar tidak ditopang oleh kinerja ekonomi yang sesungguhnya.
Menurut Rangga, The Fed enggan menaikkan suku bunga karena kinerja perekonomian Amerika belum terlalu baik. "Akibatnya, dolar melemah,” ujarnya kepada Tempo.
Penguatan rupiah, tutur Rangga, juga didorong oleh temperatur politik dalam negeri yang sedikit mereda. Menurut dia, seusai pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, investor belum melihat adanya potensi kegaduhan politik dalam waktu dekat.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi
Tiga Taktik Koalisi Prabowo Rebut Pimpinan MPR
Pacar Mayang Ternyata Juga Pekerja Seks