TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar negara di Asia dan Eropa sudah dijelajahi Anindya Pithaloka, 28 tahun. Penulis naskah iklan sebuah majalah perempuan di Jakarta ini pun ingin mengunjungi tempat baru yang tentunya lebih menantang. "Bosnia-Herzegovina," katanya mantap saat ditemui di Jakarta pada Kamis petang lalu.
Anindya menganggap negara yang pernah dilanda perang antaretnis dan terletak di Semenanjung Balkan itu menarik lantaran belum begitu populer sebagai tujuan wisata. "Negara-negara Eropa seperti Inggris dan Belanda dan lainnya terlalu mainstream," ujarnya beralasan.
Ia lantas berburu informasi mengenai biro perjalanan yang bisa memberangkatkannya ke Bosnia-Herzegovina. Hanya, tak banyak dan bahkan sulit untuk menemukan biro perjalanan yang memiliki program wisata ke Bosnia-Herzegovina. (Baca: Surakarta Kembangkan Wisata Susur Bengawan Solo)
Beruntung, agen perjalanan wisata Backpack Seru, yang dikomandoi Ardi Putra, 38 tahun, tengah gencar mempromosikan paket wisata ke Bosnia-Herzegovina di akun Twitter. Tanpa pikir panjang, Anindya memantapkan pilihan pada Backpack Seru. Untuk paket sepuluh hari ke Bosnia-Herzegovina dibanderol 766 euro dan berangkat pada Mei tahun depan.
Menurut Ardi, pihaknya memang menyasar destinasi yang tak lazim untuk wisata mancanegara. Negara yang disasar sengaja belum begitu tersohor sebagai tujuan jalan-jalan di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk wilayah Asia Tenggara, misalnya, Ardi lebih memilih Myanmar dibanding Thailand atau Singapura.
Alasannya, Myanmar dianggap menarik karena baru beberapa tahun belakangan menerapkan politik terbuka. Sedangkan Bosnia-Herzegovina dipilih Backpack Seru sebagai salah satu opsi wisata karena menawarkan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Di negara tersebut, mereka bakal diajak melihat kegetiran sisa perang.
"Mungkin agak aneh, karena kami menunjukkan pada wisatawan bagaimana di Bosnia banyak sekali orang yang lupa cara tersenyum saking pedihnya hidup mereka akibat perang," ujarnya. "Tapi wisata seperti itulah yang menurut kami justru punya banyak makna."
Lain cerita dengan Indo Citra Tamasya. Agen perjalanan ini menjual konsep syariah, yakni wisata yang materi tamasyanya tidak melanggar aturan Islam. Mengantongi label halal dari Majelis Ulama Indonesia, tujuan wisata ICT cukup bervariasi tapi lebih berkutat di negara-negara Eropa, seperti Portugal, Belgia, Swiss, Norwegia, Islandia, Finlandia, Jerman, Swedia, dan Estonia.
Di negara-negara tersebut, yang menjadi favorit adalah paket wisata tematik. "Untuk paket tematik, kami sudah punya pangsa pasar khusus dan ada database-nya. Biasanya, yang berangkat adalah kelompok kecil yang satu hobi dan kegemaran," kata Manajer ICT Tasha Yualita, Jumat sore lalu.
Contoh wisata tematik adalah paket lari maraton ke Berlin, kuliner dan belajar masak di Thailand, menonton konser di Marina Bay Sands Singapura, bersepeda di Copenhagen, yoga di Nepal, tur museum dengan kurator Aisha Habir, mengunjungi wahana bermain dan tempat syuting Harry Potter di Inggris, serta tamasya menengok Hobbiton--tempat tinggal para Hobbit, yang jadi lokasi syuting The Lord of The Ring di Selandia Baru.
ISMA SAVITRI
Terpopuler:
Tip Bawa Uang Saat Melancong
Sate Blekok Khas Gresik
Jepang Bebaskan Visa untuk Wisatawan Indonesia