TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan terakhir Bekasi menjadi bulan-bulanan di media sosial. Ironi adalah tema besar obrolan soal Bekasi. Kota ini berbatasan langsung dengan Jakarta, tapi kemacetan dan kurangnya infrastruktur jalan membuat waktu tempuh dari dan ke kawasan ini memakan waktu yang sangat lama. (Baca: Bekasi Dirisak, Ini Kata Warganya)
Keluhan jauh, macet, panas, kotor, dan berdebu dari pengguna jejaring sosial, ternyata tak membuat minat orang membeli tanah di Bekasi turun. Buktinya, perusahaan konsultan properti Cushman Wakefield mencatat bahwa harga tanah di Bekasi tetap naik. "Kenaikan harga tanah di Bekasi masih lebih tinggi dibanding Tangerang," kata Kepala Periset Cushman and Wakefield, Arief Raharjo, pada wartawan di kantornya, Selasa, 14 Oktober 2014. (Baca: Wali Kota Bekasi: Netizen Tak Paham Orientasi Pembangunan)
Menurut catatan Cushman Wakefield, harga tanah di Bekasi naik 9 persen pada semester I 2014 lalu. Pada 2008 harga lahan untuk kawasan perumahan atau di jalan-jalan lingkungan hanya berkisar Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per meter persegi. Saat ini, dalam catatan Cushman and Wakefield Indonesia, harganya meroket hingga menembus angka Rp 7-8 juta per meter persegi.
Harga setinggi itu dipatok untuk kawasan perumahan di Summarecon Bekasi dan Grand Wisata. Sementara itu, harga kaveling komersial berada pada level lebih tinggi, yakni Rp 9-10 juta per meter persegi.
Kenaikan harga tanah di Bekasi lebih tinggi dibanding kota satelit lain, yakni Tangerang yang kenaikan harga tanahnya hanya 7 persen pada semester I 2014. Di saat yang sama, Bogor dan Depok adalah kawasan dengan kenaikan harga tanah tertinggi yakni 15 persen. Sementara di ibu kota Jakarta, kenaikan harga tanah mencapai 10 persen.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler:
Sri Mulyani Calon Menteri, DPR: Rakyat Dikibuli
Kabinet Jokowi, Nama Sri Mulyani dan Jonan Mencuat
Zuckerberg ke Jokowi, Blusukan Itu Apa?
Fahri Hamzah Kritik Popularitas Jokowi di Internet