TEMPO.CO, Jakarta - Dua Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, punya gaya berbeda dalam memilih calon menteri yang akan membantunya. Semasa menjadi presiden dua periode, SBY menyeleksi calon menteri dengan cara audisi, setelah melalui penjaringan dan penyaringan oleh Badan Pemenangan Pemilu SBY.
Menurut politikus Partai Golongan Karya sekaligus Menteri Perindustrian kabinet SBY, Fahmi Idris, calon yang dipilih SBY dihubungi dan diberi waktu untuk menyiapkan diri. "Saya belajar seperti mau ujian," ujarnya. Uniknya, saat Fahmi membuka buku A, ternyata materi ujian keluar dari buku B. (Baca juga: Presiden yang Tercepat dan Terlama Umumkan Kabinet)
Nama-nama peserta audisi itu diumumkan melalui siaran televisi. Satu per satu calon menteri dipanggil oleh SBY untuk wawancara di kediaman pribadinya, Puri Cikeas. "Wawancara dengan Yudhoyono lebih pas dibilang diskusi daripada ujian," tutur Rektor Institut Teknologi Bandung Kusmayanto Kadiman, salah seorang yang mengikuti seleksi calon menteri.
Lolos seleksi di Puri Cikeas, para calon menteri harus menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk psikotes, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Mereka harus menjawab 567 pertanyaan tertulis untuk pemeriksaan kesehatan jiwa. Namun, meskipun sudah diliput televisi dan menjalani tes kesehatan, belum tentu calon itu lolos menjadi menteri. (Baca: Disaring KPK, Jokowi-JK Bahas 43 Calon Menteri )