TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Johanes Widjonarko mengatakan proyek Lapangan Bukit Tua Blok Ketapang yang berada di perairan utara Madura, Jawa Timur, diperkirakan mulai berproduksi pada April 2015. Produksi awal Lapangan Bukit Tua diperkirakan sebesar 5.000 barel minyak per hari dan 20 juta kaki kubik gas bumi per hari.
"Diharapkan bisa meningkat bertahap hingga mencapai puncaknya sebesar 20 ribu barel minyak per hari dan 60 juta kaki kubik gas per hari," kata Widjonarko dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 Oktober 2014.
Widjonarko mengatakan produksi gas Bukit Tua nantinya diperuntukkan bagi pembeli domestik, yaitu PT Petrogas Jatim Utama untuk pembangkit listrik tenaga gas dan uap Gresik. Jumat pekan lalu telah ditandatangani amandemen perjanjian jual beli gas bumi antara kontraktor kontrak kerja sama Ketapang dengan Petrogas. "Dari amandemen ini, penerimaan negara diperkirakan bertambah US$ 105 juta atau Rp 1,2 triliun," katanya.
Menurut Widjonarko, perkiraan waktu pengaliran minyak dan gas pertama kali dari Bukit Tua ini menyusul perkembangan proyek lapangan mencapai 65 persen hingga awal Oktober. Salah satu pekerjaan yang mendorong peningkatan proyek adalah kemajuan pembangunan fasilitas produksi, penyimpanan, dan pengangkutan terapung (floating production storage dan offloading/FPSO) yang diresmikan namanya di Galangan Kapal Keppel, Singapura, Selasa, 21 Oktober 2104.
FPSO dengan panjang 233 meter, lebar 43 meter, dan tinggi 20 meter tersebut diberi nama Ratu Nusantara. Ratu Nusantara merupakan kapal Tanker Scorpius yang dirakit pada 1994 milik Keppel Corporation dan diambil alih pada kuartal terakhir 2013.
Kapal ini memiliki fasilitas pengolahan 25 ribu barel minyak per hari dan 77 juta kaki kubik gas bumi per hari serta 20 ribu barel air per hari. FPSO Ratu Nusantara juga dirancang mampu menyimpan hingga 630 ribu barel minyak yang telah diproses. Nantinya minyak yang dihasilkan akan disalurkan ke tanker pembeli.
Kepala Humas SKK Migas Rudianto Rimbono mengatakan untuk memenuhi asas cabotage yang berlaku di Indonesia, kapal ini telah berbendera Indonesia. "Untuk memenuhi konten lokal, fasilitas topside dipabrikasi di Batam," katanya.
Petronas Carigali Ketapang Ltd sebagai operator Lapangan Bukit Tua memiliki kontrak kerja sama untuk menyewa FPSO dengan PT M3 Ketapang Sejahtera, perusahaan konsorsium antara M3nergy dari Malaysia dan PT Transamudra Usaha Sejahtera dari Indonesia. Kontrak ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang dua periode satu tahun.
Country Chairman Petronas Carigali Indonesia Hazli Sham B Kassim mengatakan Petronas berkomitmen untuk mengembangkan wilayah kerja migas yang dikelola di Indonesia. "Kami sedang melakukan studi lanjutan untuk melihat potensi pengembangan lapangan di Blok Ketapang," ujarnya. Nantinya pengembangan lapangan bisa menggunakan FPSO Ratu Nusantara untuk memaksimalkan kapasitas penggunaannya.
Blok Ketapang dimiliki oleh Petronas dan PT Saka Ketapang Perdana dengan porsi saham masing-masing sebesar 80 persen dan 20 persen. Semula lapangan ini dikelola Conoco Philips bermitra dengan Petronas. Sejak 25 Juli 2008 lapangan ini sepenuhnya dikelola Petronas.
AYU PRIMA SANDI
Berita lain:
KPK: Banyak Calon Menteri Jokowi Bermasalah
PDIP: tanpa Restu Mega, Jangan Mimpi Jadi Menteri
Jokowi Batal Umumkan Kabinet Hari Ini