TEMPO.CO, Jakarta - Pemadaman listrik bergilir yang terjadi di Cilacap, Jawa Tengah, membuat aktivitas Retno Arfianti dan Dwi Puji Rahayu terganggu. Pelajar kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Boedi Utomo 2 Gandrungmangu itu terpaksa belajar dengan menggunakan lilin sebagai penerang.
Namun lilin yang habis terbakar meninggalkan limbah berupa lelehan yang kerap dibuang begitu saja. Menyadari hal itu, para siswi jurusan akuntansi tersebut malah mendapat ide kreatif dan membuat perangkat sederhana untuk mendaur ulang lilin. (Baca juga: Perguruan Tinggi Diminta Siapkan Aplikasi Riset)
Menurut Retno, awalnya mereka merasa sayang banyak lelehan lilin yang terbuang percuma. Bersama Dwi, Retno lalu merancang perangkat berupa silinder berdiameter 2 sentimeter dengan penyangga kawat logam sepanjang 15 sentimeter yang memiliki fungsi ganda.
"Bisa sebagai tempat lilin cantik sekaligus wadah untuk menampung lelehannya," kata Retno dalam International Exhibition for Young Inventors (IEYI) ke-10 di SMESCO Exhibition Hall, Jakarta, 30 Oktober 2014.
Di bagian atas dan bawah silinder terpasang pelat besi bundar dengan lubang kecil di tengah. Sedangkan di bagian dalam silinder ada tabung kertas yang sudah ditempeli jalinan benang. Ketika lilin terbakar, lelehannya otomatis masuk ke dalam silinder melalui lubang kecil di bagian atas dan tertahan oleh tabung kertas. "Jalinan benang di dalamnya otomatis jadi sumbu baru untuk lilin yang terbentuk," kata Retno. (Baca juga: Penemuan Juara Lomba Karya Ilmiah LIPI Dipatenkan)
Alat yang diciptakan oleh Retno dan Dwi itu terdaftar dalam pameran IEYI 2014 untuk kategori green technology. Retno mengatakan alat itu mudah dipakai dan dibuat dari material daur ulang. Lilin yang terbentuk penuh di dalam tabung bisa dikeluarkan dengan mendorong menggunakan batang kawat dari lubang kecil bagian bawah. "Untuk bikin tempat lilin baru tinggal pasang gulungan silinder kertas bekas, benang dan masukkan lagi ke dalam tabung, prosesnya terulang lagi," kata Retno.
Menurut Dwi, empat lilin yang terbakar habis bisa menghasilkan satu batang lilin daur ulang. Dengan konsep seperti itu, kata Dwi, masyarakat bisa menghemat pembelian lilin baru. Mereka pun sudah membuat paket produk siap jual berisi satu unit silinder daur ulang dan empat lilin kecil seharga Rp 20 ribu. "Jadi dengan material yang sama bisa kita pakai berulang kali," kata Dwi.
Pameran IEYI yang berlangsung pada 30 Oktober-1 November 2014 ini adalah ajang pertemuan para inventor muda dari berbagai negara. Pameran ini pertama kali diadakan di Jepang pada 2004. Pameran di Jakarta yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia kali ini dihadiri oleh peserta dari Indonesia, Jepang, Mesir, Nigeria, Taiwan, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Thailand, India, dan Iran.
Para peserta adalah inovator remaja berusia maksimal 18 tahun. Mereka bisa berpartisipasi secara individu atau kelompok, yang terdiri atas dua orang. Penemuan terbaik akan diberi penghargaan medali melalui sistem penjurian.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
Foto Porno Ini Bikin Penghina Jokowi Ditangkap
5 Serangan @TrioMacan2000 yang Bikin Gerah Pejabat
Jaga Habitat Ikan, Menteri Susi Ceburkan Truk ke Laut