TEMPO.CO, Yogyakarta - Kementerian Kesehatan belum memberi instruksi kepada pengelola Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta, mengenai kewaspadaan penyebaran wabah ebola. Karena itu, walau ada dua terduga pasien ebola--di Madiun dan Kediri, Jawa Timur--status waspada ebola belum diberlakukan di RSUP Dr Sardjito. "Sampai sekarang belum ada instruksi dari Kementerian soal waspada ebola. Semoga memang tidak meluas," kata juru bicara RSUP Dr Sardjito, Trisno Heru Nugroho, Ahad, 2 November 2014.
Menurut Heru, instruksi ihwal kewaspadaan terhadap wabah penyakit terakhir dari Kementerian yang masih dijalankan oleh RSUP Dr Sardjito ialah menanggulangi penularan Middle East respitory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Beberapa hari lalu, seorang anggota jemaah haji asal Bantul yang baru pulang dari Arab Saudi diduga tertular virus yang memunculkan gangguan pernapasan akut tersebut. "Kalau MERS-CoV, kami memang masih diminta mewaspadainya," katanya.(Baca:Kondisi Terduga Pasien Ebola di Kediri Membaik)
Ketua Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sunarno, menilai strategi penanganan pemerintah terhadap kemunculan indikasi penularan ebola di Indonesia terkesan ceroboh. Sebab, isolasi ketat untuk menghindari kemungkinan penularan virus ebola hanya diberlakukan terhadap pasien tersebut. "Ukuran virus ebola 1-1,4 mikron, bisa hidup di udara sekitar lima jam, jadi mudah sekali menular lewat bersin, keringat, dan cairan lain dari pasien," kata Sunarno, akhir pekan ini.
Sebelumnya, pada 28 Oktober 2014, Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada meluncurkan kampanye waspada penyebaran ebola. Bersama Organisasi Radio Amatir Indonesia dan Palang Merah Indonesia Cabang Yogyakarta, mereka membuat simulasi pencegahan penyebaran ebola dengan acuan prosedur operasi standar dari WHO dan referensi dari Internet. Sunarno menginisiasi simulasi itu untuk mengkampanyekan pentingnya sosialisasi mengenai ebola kepada publik dan pembentukan prosedur operasi standar penanganan ebola yang sesuai dengan kondisi Indonesia. (Baca:Fakta-fakta Seputar Penyakit Ebola)
Berdasarkan prosedur standar yang dipublikasikan WHO, menurut Sunarno, semestinya isolasi juga diberlakukan bagi semua orang yang berada dalam satu perjalanan dengan pasien terduga ebola yang baru datang dari negara tempat penyakit itu mewabah. Meski tidak semuanya menunjukkan terindikasi tertular, perlu ada kewaspadaan dini.
Jika orang tersebut kembali ke Indonesia dengan pesawat umum, seluruh penumpang di pesawat yang sama harus ikut diisolasi untuk sementara waktu. Maksud isolasi ialah meminta mereka berdiam di rumah dulu dan membatasi kontak dengan orang lain. "Sambil diamati hingga tiga pekan ke depan, ada atau tidak gejala penularan virusnya," katanya. (Baca:Pemerintah Didesak Membuat Prosedur Standar Khusus Ebola)