TEMPO.CO, Surabaya - RSUD Dr Soetomo dan Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga, Surabaya, siap menjadi rujukan pasien suspect ebola di Jawa Timur. Dua institusi di Kota Pahlawan itu pun menyatakan memiliki fasilitas yang mumpuni. "Insya Allah kami bisa," ujar Direktur Utama RSUD Dr Soetomo Dodo Anondo saat dihubungi Tempo, Sabtu, 1 November 2014.
Petugas medis dan paramedis di rumah sakit rujukan terbesar kawasan Indonesia Timur itu, kata Dodo, telah dilatih menangani pasien terinfeksi ebola. Beberapa tahun sebelumnya, pihaknya telah membentuk tim khusus yang terdiri dari dokter dan perawat. "Sehingga, setiap kasus ebola mencuat, RSUD Dr Soetomo selalu siap," imbuhnya.
Dodo menambahkan, RSUD Dr Soetomo menyiapkan ruangan standar berupa Ruangan Isolasi Khusus (RIK). Ruangan tersebut sudah beberapa kali digunakan untuk menangani pasien terduga virus berbahaya lainnya seperti MERS-CoV. Untuk pasien terduga ebola asal Madiun dan Kediri, Dodo mengaku belum mendapatkan permintaan resmi dari RSUD terkait dengan rujukan ke sana. "Kalau saya kemarin (Sabtu) bertemu dengan dirutnya, belum positif ebola."
Sementara itu, Kepala ITD Unair Prof Dr dr Nasronudin Sp PD K-PTI FINASIM mengatakan untuk mendiagnosis ebola diperlukan riwayat pasien terbaru berkunjung dari daerah endemis ebola. "Lalu ada pertanda infeksi virus ebola seperti panas, nyeri kepala, nyeri perut, diare, nyeri sendi dan otot, nyeri tenggorokan," jelas Nasron melalui pesan singkat. Selain itu, terdapat ruam kulit berkarakter ebola serta perdarahan minor atau mayor.
Dari pemeriksaan darah rutin juga akan diketahui apakah leukositnya turun dan trombosit rendah. "Diagnosis yang pasti harus dilakukan melalui isolasi virus dan atau RT-PCR (real time polymerase change reaction) dengan hasil yang mendukung dugaan terjangkit ebola. Senada dengan RSUD Dr Soetomo, ITD Unair mengaku sanggup menangani pasien terinfeksi ebola. ITD Unair siap dan lengkap. Apabila diperlukan, ITD siap," tegasnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA