TEMPO.CO, Cilacap - Pemerintah Indonesia diminta untuk mengawal penyelesaian kasus tenaga kerja Indonesia asal Cilacap, Sumarti Ningsih, 23 tahun, di Hong Kong. Sumarti ditengarai menjadi korban perdagangan manusia di Hong Kong.
"Indikasi dia menjadi korban trafficking memang ada. Sumarti tak mungkin mengenal pergaulan bankir kalau tak ada perantaranya," kata Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Cilacap Saiful Mustain, Selasa, 4 November 2014. (Baca juga: PSK Indonesia Sudah 4 Tahun Kerja di Hong Kong)
Sumarti ditemukan tewas dimutilasi oleh Rurik Jutting, seorang bankir Inggris di Hongkong. Sumarti dibunuh secara sadis bersama Jesse Lorena Ruri, seorang PSK berkewarganegaraan Filipina. Rurik Jutting sendiri disebut sering menggunakan flatnya untuk pesta obat terlarang dengan sekian pekerja seks komersial. (Baca juga: PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong)
Berdasarkan penelusuran Lakpesdam, Sumarti sebelumnya pernah bekerja di Hong Kong. Pada bulan pertama, Sumarti pindah kerja karena sang majikan tak bisa membayar upahnya.
Lalu di tempatnya yang kedua, Sumarti hanya bertahan selama enam bulan. Sumarti lari dari rumah majikannya dan minta pertolongan ke KJRI Hong Kong. Sumarti kemudian balik ke Hongkong dengan visa turis. "Tapi Sumarti ke Hong Kong tidak sedang berwisata. Ia kerja," kata Saiful.
Baca Juga:
Saiful meyakini Sumarti tak punya akses sendiri untuk berkenalan dengan seorang bankir yang tinggal di apartemen mewah. "Kemungkinan ada penghubungnya. Nah, ini yang harus diselidiki," katanya.
Selain itu, Sumarti bisa ke Hong kong dengan visa turis sebanyak dua kali. Menurut Saiful, kalau tak ada yang membantunya kemungkinan akan sulit.
ARIS ANDRIANTO
Berita lain:
Media Online Ini Bantu Sebar Tuduhan @TM2000Back
Dirut PT Pos Jadi Tersangka Kasus Korupsi
Danau Toba Masih Mengandung Magma Cair