TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Unit Kerja Koordinasi Respiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia Nastiti Kaswandani mengatakan penyakit radang paru-paru atau pneumonia adalah alasan kematian balita paling utama. "Pneumonia merupakan pembunuh balita nomor satu," katanya pada acara temu media "Pneumonia Pembunuh Utama pada Balita" di kantor Kementerian Kesehatan, Selasa, 4 November 2014.
Menurut Nastiti, pada 2012 sebanyak 1,1 juta balita meninggal karena pneumonia. Jumlah itu merupakan 18 persen kematian balita secara keseluruhan di Indonesia. Urutan penyebab kematian selanjutnya adalah diare sebanyak 600 ribu balita, lalu malaria 500 ribu balita.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Sigit Priohutomo, mengklaim jumlah kematian balita menurun pada 2014. Namun ia belum bisa memastikan angka tepat penurunan itu.
"Ada penurunan angka kematian bayi dan balita, namun jumlahnya tidak terlalu berbeda. Kematian bayi dan balita karena pneumonia masih tetap tinggi," kata Sigit dalam acara yang sama.
Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru. Penderita penyakit ini mengalami kerusakan pada paru-parunya sehingga tak bisa memasok oksigen ke seluruh tubuh. "Jaringan di paru-parunya rusak," katanya. Kurangnya oksigen dalam tubuh paling parah dapat mengakibatkan kematian bagi penderita.
Anak-anak usia dini rentan mengalami penyakit itu. Faktor lingkungan menjadi salah satu alasan manusia, khususnya balita dan bayi, menderita pneumonia. "Sebanyak 99 persen kematian pneumonia terjadi di negara berkembang," kata wanita berkerudung itu.
Sigit mengatakan, di negara maju, penyebab pneumonia adalah virus. "Sedangkan di negara berkembang karena bakteri," katanya pada kesempatan yang sama.
Walau begitu, Sigit mengatakan, penyakit ini bisa dicegah. Caranya, bisa dengan memberikan air susu ibu eksklusif, pemberian imunisasi, dan mengurangi infeksi. Selain itu, mengurangi polusi yang datang dari luar ataupun dalam rumah. "Dari luar rumah bisa berupa polusi, dan dalam rumah dari asap rokok," kata Nastiti.
MITRA TARIGAN
Baca juga:
Merokok Bisa Sebabkan Nyeri Punggung
Wanita Ini Jatuh Cinta dengan Pendonor Sperma
Tren Kecantikan 2015 untuk Kulit Asia
Kata Pakar Astrolog, Menteri Susi Gila Kerja