TEMPO.CO , Jakarta - Seruan Presiden Jokowi untuk menggunakan wastra atau kain Indonesia disambut positif. Menurut Sativa Sutan Aswar, seruan Presiden tentang kain lokal tak bisa sebatas slogan.
"Enggak bisa cuma slogan pemerintah dan jadi kebanggaan semata. Kita perlu memperhatikan akar utamanya yaitu serat benang lokal," kata pakar dan pengamat kain yang biasa disapa Atidje ini, Senin, 3 November 2014 di Jakarta. (Baca: Masyarakat Respon Seruan Jokowi tentang Kain Lokal)
Atidje melihat kelemahan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menggunakan produk impor. "Kita bangsa pengimpor. Bangga pakai kain batik, tapi pernahkah terpikir bahwa serat benang sebagai bahan dasar kain batik masih diimpor dari Cina," kata Atidje yang rajin blusukan ke daerah untuk memberikan pelatihan pembuatan kain di berbagai daerah ini.
Istri mendiang pengamat ekonomi, Arief Aryman ini mengatakan Cina dan India, memiliki industri kain yang sangat rapi dari hulu ke hilir. (Baca: Busana Kerja Menteri Perempuan Pakai Wastra Lokal)
Hal itu, ia menambahkan, bisa dipahami mengingat kebudayaan dan tekstil mereka sudah ratusan bahkan ribuan tahun. "Sebenarnya bangsa kita enggak kalah, tapi kita enggak pernah serius, kita terbiasa dengan barang jadi, bukan menciptakan dari bahan dasarnya," kata dia.
Atidje adalah lulusan Desain Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, dan Ecole Des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris. Untuk meraih gelar doktor, ia menulis tesis 'Evolusi Industri Tekstil di Sumatera Barat'. (Baca: Motif Indah Karpet Persia)
HADRIANI P.
Terpopuler
Program Indonesia Fashion Forward di JFW 2015
Agenda Wisata Kota Solo Dongkrak Pariwisata Lokal
Tren Kecantikan 2015 untuk Kulit Asia
Tren Hijab ala Babushka di JFW 2015
Baju Permata Ala Peggy Hartanto