TEMPO.CO, Sampang - Wafatnya ulama kharismatik asal Kabupaten Sampang, Jawa Timur, KH Alawi Muhammad, 85 tahun, pada Senin sore, 10 November 2014, membuat sebagian besar kiai di Pulau Madura merasa kehilangan sosok panutan.
KH Fudoli Ruham, pengasuh Pondok Pesantren Alfudola', Kabupaten Pamekasan, mengatakan Alawi merupakan ulama yang cukup disegani. "Beliau adalah sosok pemberani," katanya saat dihubungi.
Keberanian Kiai Alawi, kata dia, bukan keberanian semu. Di zaman Orde Baru, Fudoli mencontohkan, pengasuh Pondok Pesantren Attaroqi, Desa Karongan, Sampang, itu berada di barisan paling depan membela warga Desa Nipah, saat rumah mereka akan digusur untuk pembangunan waduk. (Baca berita lain: KH Alawi Muhammad: Muktamar atau Tidak Terserah)
Saat itu, kenang Fudoli, penolakan Kiai Alawi mampu membuat penggusuran rumah warga berhasil diundur beberapa kali. Meski pada akhirnya digusur juga setelah tujuh warga tewas akibat melakukan penolakan. "Di zaman Pak Harto, sangat jarang tokoh yang berani menentang. Kiai Alawi salah satunya," ujar dia. (Baca juga: Waduk Nipah Madura Segera Dioperasikan)
Menurut Fudoli, keberanian dan keistiqomahan Kiai Alawi yang juga sesepuh Partai Persatuan Pembangunan dalam membela rakyat kecil patut dicontoh. "Terakhir, saya ketemu beliau waktu ada kunjungan Syekh Abbas dari Yaman," pungkasnya.
MUSTHOFA BISRI
Berita Terpopuler:
Di Beijing, Jokowi Sentil Kualitas Produk Cina
Jokowi Jadi Primadona di APEC
Jokowi Top jika Pidato Bahasa Indonesia di APEC
Baghdadi, Pemimpin ISIS, Terluka Parah
Ingin Bangun 24 Pelabuhan, Jokowi Tiru Cina
Bahasa Inggris Jokowi Dipuji