TEMPO.CO, Damaskus - Serangan yang dilakukan oleh sejumlah pria bersenjata di pinggiran Damaskus, Suriah, menewaskan lima insinyur nuklir pada Ahad kemarin. Empat korban berasal dari Suriah dan satu lainnya dari Iran.
"Para insinyur ditembak mati saat berpergian dengan konvoi kecil ke pusat penelitian di dekat distrik timur laut dai Barzeh, Suriah," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, seperti dilaporkan Reuters, Senin, 10 November 2014.
Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Belum jelas juga apa tujuan ilmuwan nuklir Iran berada di Suriah. Media pemerintah Iran dan Suriah tidak melaporkan serangan itu. (Baca: Iran Kompromi Soal Nuklir, Uni Eropa Tak Bergeming)
Iran telah menyatakan dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad sepanjang tiga tahun perang saudara di sana. Penasihat militer Iran bekerja sama dengan pasukan Suriah di seluruh negeri yang sebagian wilayahnya telah dikuasai pemberontak.
Irak dan Suriah sedang di bawah pengawasan Badan Pengawasan Nuklir milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA). Kedua negara berulang kali membantah memiliki ambisi membuat senjata nuklir.
"Tahun lalu, kami menemukan sejumlah kecil bahan nuklir di Miniature Neutron Source Reactor (MSNR) untuk enis roket riset yang dibuat dengan uraniun di dekat Damaskus," kata IAEA.
IAEA berulang kali mengunjungi MSNR untuk memeriksa keberadaan bahan nuklir, tapi upaya itu selalu gagal karena adanya kekerasan di Suriah. Pihak berwenang Suriah juga selalu menolak permintaan IAEA untuk melakukan penyelidikan. (Baca: Suriah Tolak Tim Inspeksi Nuklir PBB)
MSNR dilaporkan menjadi tempat persembunyian dari satu kilogram uranium asli, jumlah yang juga terlalu sedikit untuk membuat senjata nuklir atau pun bom. Namu, pihak berwenang Suriah menyebut bahwa MSNR hanya pangkalan militer konvensional saja.
RINDU P. HESTYA | REUTERS
Berita Lain:
Bahasa Inggris Jokowi Dipuji
Bertemu Obama, Jokowi Berbahasa Indonesia
Jokowi Pamer Pengalaman 30 Tahun ke Obama