TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti punya sikap tak populer ihwal pemangkasan subsidi bahan bakar. Menurut dia, subsidi membuat nelayan susah memperoleh solar sehingga tak bisa melaut. "Subsidi BBM itu sumber maksiat," katanya dalam wawancara khusus dengan Tempo, Rabu, 12 November 2014. (Baca: Jadi Menteri Jokowi, Mengapa Susi Lapor Mega?)
Alih-alih membantu nelayan, kata Susi, subsidi BBM malah menyengsarakan nelayan. Sebab, kata dia, jatah solar menjadi tipis akibat kerap diselundupkan. "Nelayan butuh 60 hari untuk mendapatkan solar subsidi," ujarnya. (Baca: Menteri Susi Disemprot Nelayan)
Susi juga mengeluhkan soal perlakuan kepolisian kepada nelayan ihwal prosedur pembelian solar subsidi. Menurut dia, polisi kerap menangkap nelayan yang sedang kesulitan memperoleh bahan bakar untuk melaut karena membeli solar dalam jeriken ke pompa bensin. (Baca: Takut Korupsi, Menteri Susi Minta Saran KPK)
Terkait dengan solar subsidi untuk nelayan, Susi punya pengalaman unik. Menteri kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, ini pernah mengangkut 5 ton solar subsidi dari Sumatera Utara ke Simeuleu, Aceh. Bahan bakar itu, kata Susi, untuk menghidupkan genset mesin es demi keperluan nelayan. Alhasil, dia masuk dalam daftar pencarian orang oleh polisi dan sempat diminta membayar Rp 100 juta. "Tidak saya bayar karena sopir saya ditahan," ujar Susi.
Menteri Susi adalah salah satu pejabat yang menonjol dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Dia berani membuat gebrakan demi memperbaiki sektor kelautan dan perikanan. Susi berani mengubah jam kerja pegawai kementeriannya, mengancam akan mengebom kapal pencuri ikan, hingga memprioritaskan kesejahteraan nelayan pesisir.
RAYMUNDUS RIKANG | TIM TEMPO
Terpopuler:
Selain SBY, Ical dan Prabowo 'Korban' Timothy
Faisal Basri Jadi Ketua Tim Pembasmi Mafia Migas
SBY Minta Kader Demokrat Loyal ke Jokowi
Mahasiswi Teman Nyabu Profesor Unhas Suka Clubbing
Kata Romo Benny Soal Muslim AS yang Salat di Katedral