TEMPO.CO, Lamongan - Beberapa bagian bantaran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dinyatakan rawan longsor saat musim hujan tiba oleh pemerintah daerah setempat. Titik-titik rawan longsor itu antara lain di Kecamatan Glagah, Karang Geneng, Karang Binangun, Babat, Laren, dan Kali Tengah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lamongan telah mengidentifikasi bagian-bagian sungai yang rawan bencana longsor dan menyerahkan hasilnya pada tiap-tiap kecamatan. (Baca berita lainnya: Kemarau, Sawah di Tepi Bengawan Solo Menanti Panen)
Menurut juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Mohammad Zamroni, dari 27 kecamatan di Lamongan, delapan di antaranya dinyatakan rawan longsor. "Sudah kami identifikasi delapan kecamatan itu, apalagi sudah mendekati musim hujan," ujarnya, Senin, 17 November 2014.
Dia mencontohkan beberapa bantaran Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Babat yang belum ada tanggulnya. Pengawasan di bantaran-bantaran sungai tak bertanggul itu makin ditingkatkan karena sebagian di antaranya dipakai untuk permukiman penduduk. "Sedini mungkin, masyarakat yang bermukim di tempat itu harus waspada terhadap ancaman longsor dan banjir," tuturnya. (Baca: Sejumlah Spesies Ikan Bengawan Solo Terancam Punah)
Enam kecamatan di Lamongan juga menjadi langganan banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Tiga yang paling parah adalah Kecamatan Babat, Laren, dan Karang Geneng. "Permukiman penduduknya berada di dataran rendah, sehingga selalu menjadi langganan banjir Bengawan Solo bila musim hujan tiba," kata Zamroni.
Sukarno, 54 tahun, warga Desa Banaran, Kecamatan Babat, menyatakan rumahnya menghadapi dua ancaman sekaligus, yakni banjir dan longsor. Namun, bagi dia, hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. "Sudah biasa kena banjir tahunan. Harapan kami, tanggul sungai diperkuat agar tidak gampang longsor," ujar Sukarno. (Baca juga: Musim Hujan, Banjir Mengintai Bengawan Solo)
SUJATMIKO
Berita Terpopuler:
SBY Minta Kader Demokrat Loyal ke Jokowi
Menteri Susi Akui Dipilih Jokowi karena Gila
Gerindra Cemas Indonesia Jadi Negara Otoriter
Modus Malaysia Kuasai Desa di Perbatasan Indonesia