TEMPO.CO, Pamekasan - Harga cabai yang meroket dalam dua pekan terakhir membuat petani di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, memprioritaskan lahannya untuk ditanami komoditas pedas itu. Mereka berharap bisa meraup untung besar. "Cabai mahal, jadi prioritas tanam cabai dulu," kata Husen, petani Desa Klampar, Kamis, 20 November 2014. (Baca berita sebelumnya: Kenapa Harga Cabai Melonjak)
Meski mengutamakan cabai, Husen mengaku tidak akan menanami seluruh lahannya dengan bibit cabai. Padi dan jagung, kata dia, juga akan digarap bersamaan karena di pasaran harga padi dan jagung lebih stabil dibanding cabai. "Harga cabai kalau lagi anjlok murah banget," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pamekasan Bambang Edy Suprapto membenarkan langkah massal petani itu. Namun, menurut dia, hujan yang mulai turun dan penanaman massal malah akan bisa membuat harga cabai di pasaran kembali stabil. "Stok cabai akan kembali melimpah, harga otomatis normal lagi," katanya.
Menurut Bambang, lonjakan harga cabai saat ini bukan semata disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar minyak bersubsidi. Tapi juga minimnya stok di petani. "Saya yakin, tidak lama lagi, harga cabai akan normal," katanya.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pamekasan menyebutkan, dalam dua pekan terakhir, harga cabai rawit naik 100 persen, dari Rp 25 ribu menjadi Rp 50 ribu per kilogram. Pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi, harga cabai di Pasar Kolpajung naik menjadi Rp 60 ribu per kilogram. Harga cabai merah bahkan lebih jauh melonjak, dari Rp 10 ribu menjadi Rp 50 ribu per kilogram.
MUSTHOFA BISRI
Terpopuler
Kronologi Baku Tembak TNI Vs Polri di Batam
Bentrok TNI Vs Polri, Satu Tentara Dibawa ke UGD
Besok, Seribu Mahasiswa Kepung Istana
Ahok: Saya Bukan PDIP, tapi Orangnya Bu Mega