TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha hotel meminta pemerintah memperketat pemeriksaan wisatawan mancanegara di bandara, jika kebijakan bebas visa untuk turis asal Cina dan Jepang mulai diberlakukan. "Ini adalah efek samping jika pertumbuhan wisatawan mancanegara melonjak," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jon A. Masli kepada Tempo, Ahad 23 November 2014.
Jon memperkirakan setelah pemerintah membebaskan visa, jumlah wisatawan asal Cina akan tumbuh 20 persen menjadi 1,5-2 juta per tahun. Sedangkan jumlah wisatawan Jepang kemungkinan stagnan di angka 450-500 ribu orang per tahun. (Baca: Rencana Visa Bebas ASEAN Disepakati).
Jon menyarankan pengamanan bandara menggunakan sistem K9 atau pelacakan dengan bantuan hewan terlatih. Sebab, kata dia, anjing pelacak mampu mencium barang yang membahayakan seperti bom dan narkoba. Selain itu petugas tidak perlu repot memeriksa tas setiap pengunjung satu per satu.
Sistem K9, kata Jon, baru diterapkan pada sebagian hotel kelas atas seperti JW Mariott. Jon menyatakan kebanyakan pengusaha hotel belum mampu menjalankan sistem ini karena keterbatasan biaya. Padahal upaya pengamanan semacam ini penting setelah maraknya kejahatan di hotel seperti terorisme dan narkoba. (BAca: Cina dan Jepang Dapat Prioritas Visa Bebas Masuk).
Jon mencontohkan kejahatan terakhir terjadi pada pertengahan Oktober 2014, saat polisi menangkap pengedar 71 kilogram sabu di Hotel Grand Asia, Jakarta Utara. "Karena itu, seharusnya pengamanan diefektifkan dari hulu, yakni bandara. Jika tidak dicegah, meski banyak wisatawan, industri perhotelan akan tetap lesu," ujar Jon.
ROBBY IRFANI
Berita Terpopuler
Ahok 'Tebus Dosa' ke Ridwan Kamil Rp 125 Juta
Sarapan Bersama Jokowi, Lee Hsien Loong Berbatik
Kata Susi, Ini Kebodohan Indonesia di Sektor Laut