TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh sinetron Indonesia sekaligus pengajar Institut Kesenian Jakarta, Tatiek Maliyati Wahyu Sihombing, berulang tahun ke-80 pada 10 November lalu. Sebagai hadiah ulang tahun, sejumlah anak didik Tatiek meluncurkan buku berjudul Tatiek Maliyati WS Ibu Para Aktor.
Peluncuran buku dilaksanakan pada Sabtu, 22 November 2014, di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta. Acara ini dihadiri Rektor Institut Kesenian Jakarta Wagiono Soenarto, beberapa pengajar, dan mahasiswa, serta para alumnus yang merupakan seniman atau pekerja seni.
Beberapa seniman yang terlihat hadir antara lain Didi Petet, Ray Sahetapy, Slamet Rahardjo Djarot, Nungki Kusumastuti, Frans Yoseph Ginting, Dwi Yan, Rahman Yacob, Eddie Riwanto, Yayu AW Unru, Ade Puspa Djayanti, Agus Nuralam P.M. Toh, Ucok R. Siregar, Irwan Siregar, Jose Rizal Manua, dan Derry Drajat.
Tatiek Maliyati adalah istri almarhum sutradara Wahyu Sihombing. Tatiek merupakan salah satu pendiri Institut Kesenian Jakarta jurusan seni pertunjukan. Dia juga terlibat dalam berbagai pertunjukan teater, film, dan sinetron.
Dari duet Tatiek dan Wahyu, lahir sinetron dan film yang cukup kondang pada era 1970-1980-an. Sinetron yang cukup melegenda dan menjadi penantian pemirsa televisi besutan tangan dingin Tatiek adalah Bina Drama, sinetron Losmen, Dr Sartika, dan lainnya.
Gandung Bondowoso, salah satu penyusun buku ini mengatakan ide buku tercetus saat sejumlah alumnus berkumpul. Mereka menginginkan sesuatu yang bisa dikenang banyak orang. “Buku adalah abadi dan kekayaan yang sangat panjang,” ujar Gandung, “Selama 44 tahun kiprah Anda, kami hanya bisa memberi Anda sebuah buku.”
Gandung dalam pengantar acara peluncuran buku itu menyebutkan kiprah Tatiek sebagai pengajar seni pertunjukan yang hebat. Menurut Gandung, selama mengajar, Tatiek bahkan tak pernah absen. “Mahasiswa bisa tidak datang, tapi Anda tak pernah absen.”
Tatiek mengaku belum tahu isi buku tersebut. Namun dia merasa bahagia dan bangga dengan terbitnya buku itu. Dia mengaku tak pernah terpikir untuk membuat buku. “Buku itu untuk seseorang yang hebat, saya merasa bukan siapa-siapa, hanya seorang guru, hanya mengajar,” ujarnya. Dengan buku itu, kata Tatiek, ia merasa sangat dihargai. “Kalian membuat saya menjadi siapa-siapa. Dari bukan siapa-menjadi siapa-siapa.”
Buku ini berisi pendapat tentang sosok Tatiek dan kritik bagaimana dia mengajar serta berkecimpung di dunia seni peran dan pertunjukan. Gandung mencuplik beberapa pendapat tentang Tatiek Maliyati sebagai pengajar mereka di kampus dan sebagai ibu dan guru bagi para aktor dan aktris.
DIAN YULIASTUTI